Sunday, June 25, 2006

Gobnor Djendral, Wartawan, & ”Tjap-Tjay”
Oleh SYAFIK UMAR

BULAN Juni 2006 ini tepat 60 tahun usia organisasi surat kabar Indonesia, Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), setelah pertama kali dibentuk oleh wartawan dan tokoh pers Indonesia 8 Juni 1946 di Yogyakarta. Kesempatan yang sangat baik itu dipergunakan wartawan dan tokoh pejuang pers Indonesia setelah ibu kota Republik Indonesia berpusat di Yogyakarta. Lima bulan sebelumnya, 9 Februari 1946 terbentuk organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Solo oleh tokoh-tokoh yang sama termasuk tokoh pers dari Jawa Barat. Sejak itu PWI dan SPS sering disebut sebagai "Saudara Kembar".

Sangat menarik perjalanan panjang pers Indonesia dalam catatan lima zaman. Dimulai zaman Kompeni, jajahan Inggris, Hindia-Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia. Sejak lama terjadi perdebatan sengit di kalangan pers tentang surat kabar yang pertama terbit di Indonesia. Ada pihak yang menyebut surat kabar yang pertama beredar di Indonesia adalah Al Djawaib berbentuk majalah berkala, bukan harian. Beredar tahun 1285-1301, berbahasa Arab untuk bacaan penduduk terutama pribumi. Al Djawaib (Gema) ditemukan di Perpustakaan Nasional Jakarta terbitan XXII, September 1882. Jika disebutkan terbit antara tahun 1285-1301 mungkin tahun Hijriah. Majalah ini diterbitkan di Kota Asitanah (Istanbul), Turki. Peredarannya di banyak negara termasuk Hindia-Belanda (Indonesia). Parada Harahap dalam bukunya Ilmu Pers, menulis, Al-Djawaib terbit tahun 1795-1801 (Masehi).

Di kemudian hari ditemukan catatan, surat kabar yang pertama terbit di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles. Nomor pertamanya dicetak 7 Agustus 1744. Tentu itu pada zaman Kompeni Belanda. Karena diperuntukkan bagi dunia perdagangan dan yang berkepentingan adalah Kompeni Belanda, koran ini berbahasa Belanda. Penerbitan koran ini mendapat reaksi luas di kalangan Belanda sendiri. Konon para penulis Belanda menyoroti perubahan sikap yang sangat liberal dari penguasa Belanda pada waktu itu Gobnor Djendral Van Inhoff. Dewan XVII (17) yang merupakan pusat kebijakan Kompeni di Negeri Belanda tidak menyukai penerbitan koran Bataviase Nouvelles. Pemikiran liberal yang dimuat dalam koran ini dikhawatirkan Belanda memengaruhi kemajuan berpikir kalangan pribumi di Hindia-Belanda. Setelah dua tahun beredar, Bataviase Nouvelles akhirnya berhenti terbit pada 7 Juni 1746.

Banyak pula catatan yang menyingkapkan terbitnya Bataviase Nouvelles ini adalah semacam hadiah dan "kebaikan hati" Gobnor Djendral Van Imhoff. Izin penerbitan diberikan kepada onderkoopman dan Adjunct-Secretaris-General Jordens dengan izin octrooi hanya dalam waktu enam bulan. Setelah enam bulan lewat, izin penerbitannya diperpanjang tiga tahun. Setelah itu, Bataviase Nouvelles tidak pernah terbit lagi. Sejak itulah masyarakat termasuk orang Eropa dan Asia lainnya, apalagi pribumi hanya melihat berita perdagangan yang sederhana atau berita-berita tentang lelang barang.

Setelah 64 tahun kemudian atas kemurahan hati Gobnor Djendral Daendless, secara resmi kolonial Belanda menerbitkan De Bataviasche Koloniale Courant. Nomor pertama terbit 5 Agustus 1810. Gobnor Djendral pada waktu itu memiliki hak mutlak untuk izin penerbitan surat kabar. Begitu pula hak melarang masuknya koran dari negeri asing. Umurnya hanya satu tahun, karena bulan Agustus 1811 Hindia-Belanda dikuasai Inggris.

Pada zaman kekuasaan Inggris terbit surat kabar ketiga The Java Gouvernment Gazette, disingkat Java Gazette yang terbit 29 Februari 1812. Koran Java Gazette berhenti terbit setelah Belanda menguasai kembali Indonesia. Sebagai gantinya Belanda menerbitkan De Bataviasche Courant yang pada tahun 1828 diganti namanya De Javasche Counrant.

Sebenarnya menurut catatan sejarah, terbitnya surat kabar di Indonesia (Hindia-Belanda), lebih tua dibandingkan surat kabar di Negeri Belanda. Pada zaman Jan Pieterzoon Coen (pengucapan Indonesia asal Jawa Murdjangkung) tahun 1615 telah terbit koran bernama Memorie der Nouvelles tulisan tangan. Tentu atas perintah Murdjangkung. Di Amsterdam, baru pada tahun 1619 terbit surat kabar tulisan tangan. Bahkan konon jauh lebih dulu dibandingkan dengan Amerika, Australia, Jepang, Rusia, Hongaria, Yunani, Norwegia, Turki, India, dan beberapa negeri lainnya. (Dr. C.W. Wormser-Drieen dertig jaren of Java, Ten Have, Adam 1944)

Sebelum tahun 1836 hanya pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang boleh menerbitkan surat kabar. Masayarakat "partikulir" atau swasta tidak diperkenankan menerbitkan koran. Baru pada tahun 1836 "partikulir" diperbolehkan menerbitkan koran. Pada bulan Maret 1836 di Surabaya terbit Soerabaijas Advertentie-Blad. Sesuai dengan namanya, surat kabar ini hanya diperkenankan memuat iklan. Informasi lainnya dalam bentuk berita umum masih dilarang. Baru 17 tahun kemudian, pada tahun 1853 koran ini boleh berganti nama menjadi Soerabaijas Nieuws & Advertentie-Blad. Artinya, sejak itu koran ini memuat warta berita. Penerbitannya senantiasa di bawah pengawasan ketat Pemerintah Hindia-Belanda, walaupun penerbit dan pemodalnya tetap orang-orang Belanda. Koran ini tidak diperuntukkan bagi anak negeri atau pribumi. Bukan pula bacaan untuk pribumi. Sementara itu koran yang diperuntukkan bagi pribumi dengan bahasa rakyat atau daerah atau Melayu akhirnya pada 29 Maret 1855 terbit juga di Surakarta namanya Bromartani. Terbit mingguan tiap hari Kamis, Bromartani adalah kongsi Belanda, Harteveldt & Co. Untuk pribumi tapi tidak oleh pribumi. Bromartani bukanlah surat kabar Indonesia apalagi surat kabar nasionalis.

Terlalu lama menunggu, lebih dari setengah abad kemudian baru terbit surat kabar asli, tulen Indonesia yaitu Medan Prijaji di Bandung pada tahun 1907. Ketika terbit pertama di Bandung masih bentuk mingguan. Penerbitnya adalah Mas Tirto Hadisoerjo alias Djokomono. Tirto Hadisoerjo seperti banyak disiarkan menjelang Hari Pers Nasional (HPN) 2006 lalu adalah perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional. Baru pada tahun 1910 koran mingguan ini terbit menjadi harian setelah pindah dari Bandung ke Jakarta. Sebagai orang koran dan orang pergerakan yang selalu diawasi dengan ketat, Tirto dua kali dibuang ke luar Jawa baik ke Maluku (Ambon dan Pulau Bacan) maupun ke Lampung. Jadi, penerbitan ini dimulai sebelum gerakan Budi Utomo (20 Mei 1908).

Sejak itulah, tahun-tahun awal 1900-an merupakan tahun kebangkitan dan pergerakan pers nasional. Sejumlah wartawan dan tokoh pers menerbitkan surat kabar untuk menentang berbagai kebijakan dan politik Hindia-Belanda. Walau belum bersatu dalam satu organisasi pers, mereka bergerak serempak. Jumlah surat kabar di nusantara semakin banyak terutama di kota-kota besar. Tetapi mereka dilarang berserikat. Tercatat sekira 30 surat kabar dalam berbagai bentuk di Jawa Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Surat kabar ini tersebar di Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Bogor, Sukabumi, dan Banten. Belum lagi yang terbit di Jakarta (waktu itu Jakarta bagian dari Jabar). Baik wartawan, koran maupun percetakannya diawasi dengan ketat.

Untuk mengekang wartawan dan korannya serta percetakannya, Pemerintah Hindia-Belanda memiliki senjata Haatzaai Artikelen dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-undang pengekang pers itu waktu itu Drukpers Reglement 1856 dengan sensor preventif. Untuk cetak-mencetak termaktub dalam Indische Staatregeling tahun 1923. Untuk pembredelen koran menggunakan Persbreidel-ordonantie tahun 1931. Karena itulah wartawan zaman kolonial diseret ke sidang pengadilan, dihukum penjara atau dibuang ke Boven Digul.

Di tengah-tengah ancaman dan pelaksanaan hukum seperti itu, surat kabar Bandung milik pribumi Kaoem Moeda dicaplok PEB (Politiek Economische Bond). PEB dikenal sebagai sebuah perkumpulan yang dijuluki "Tjap-tjay" atau semacam asosiasi yang didirikan oleh bekas asisten residen bernama Engelberg. Anggota-anggota terdiri dari kaum bb (pegawai binnenlandsch bestuur), kalangan "bumipoetra", dan orang-orang Belanda. Mereka memiliki kaki tangan "Sarekat Idjo", suatu organisasi gelap yang sering melakukan teror. Mereka sekaligus sebagai Marsose (pasukan keamanan bayaran) kaum kapitalis perkebunan asing. Tugasnya adalah untuk melunakkan dan menindas kaum pergerakan serta kaum buruh perkebunan.

Sumber keuangan mereka dari kaum kapitalis perkebunan milik orang asing terutama pemilik perkebunan gula. Karena kelicikan dan kekejamannya, "Sarekat Idjo" sangat ditakuti kaum buruh perkebunan. Praktik perkebunan dengan "Tjap Tjay" dan "Sarekat Idjo" ini berlangsung sampai masuknya tentara Jepang di Indonesia (Sudarjo Tjokrosisworo, Soebekti, OK. Yaman-Sekilas Perdjuangan Suratkabar 1958).

Begitu Jepang menduduki Indonesia, semua surat kabar di Indonesia diberangus. Koran-koran baru gaya Jepang-pun diterbitkan. Di Bandung diterbitkan Tjahaja, dipimpin Otto Iskandar Di Nata. Di Medan terbit Kita Somatora Simbun dipimpin Djamaluddin Adi Negoro. Di Aceh terbit Atjeh Simbun dipimpin Amelz dan di Jakarta Asia Raja dipimpin Soekardjo Wirdjopranoto. Sinar Baru diterbitkan di Semarang dipimpin Parada Harahap dan Abdul Wahab memimpin Suara Asia di Surabaya serta Sinar Matahari diterbitkan di Yogyakarta. Penerbitan lainnya juga ada di Padang, Palembang, dan Makassar.

Penerbitan ini diawasi ketat dan ditongkrongi Bagian Penerangan Jepang Bunkaka di bawah Osamu Seirei, Undang-Undang No. 16 Tahun 1942 Tentang Pers. Tujuannya sebagai Dai Toa Senso, untuk menuju kemakmuran bersama. Pada tiap koran ditempatkan seorang Sendenbu dari Barisan Propaganda Jepang. Di Asia Raya Jakarta ditempatkan Yoshio Makatani, juru bahasa pemerintah bala tentara Dai Nippon (H. Rosihan Anwar-Menulis Dalam Air. Sebuah otobiografi 1982). Untuk koran Tjahaja Bandung ditempatkan seorang pengawas Jepang dari Sendenbu. Namanya Takayanagi. Konon ia seorang wartawan di negerinya lalu diangkat sebagai seorang opsir. Di kantor Tjahaja kerjanya sering tidur (Elly Nurlaela Nataprawira dkk-Perintis dan Pengabdi BPI, 1986).

Pada zaman pendudukan, para pegawai Jepang diharuskan membaca surat kabar. Bahkan pertanyaan-pertanyaan dalam ujian sekolah banyak diambil dari isi surat kabar. Para pejabat Jepang sering menemui pegawai dan bertanya, apakah sudah membaca koran. Kalau ada pegawai yang menjawab belum, pejabat Jepang itu menegur Dame Desu. Artinya kamu bodoh.

Setelah Jepang menyerah dan tentara Sekutu diboncengi tentara Belanda, pada bulan Februari 1946 ibu kota negara Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Sejumlah wartawan juga berkumpul di ibu kota baru itu. Merasa terlepas dari belenggu di zaman Hindia-Belanda dan Jepang, para wartawan menyelenggarakan Kongres Wartawan di Surakarta tanggal 9-10 Februari 1946 itu. Kongres ini melahirkan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Menyadari kehidupan pers sebagai salah satu senjata perjuangan, Kongres PWI di Surakarta itu mengamanatkan penyatuan penerbit surat kabar. Pada tanggal 8 Juni 1946 di Serambi Kepatihan Yogyakarta berkumpul perwakilan para wartawan dan tokoh pers lainnya. Mereka antara lain Syamsuddin Sutan Makmur (Harian Rakjat, Jakarta), BM. Diah (Harian Merdeka, Jakarta), Abdul Rachmad Nasution (Kantor Berita Antara, Jakarta), Ronggodanukusumo (Harian Suara Rakjat, Mojokerto), Mohamad Koerdie (Harian Soeara Merdeka, Tasikmalaya), Bambang Suprapto (Harian Penghela Rakjat, Magelang), Sudjono (Harian Berdjuang, Malang) dan Supridjo Djojosupadmo (Harian Kedaulatan Rakjat, Yogyakarta).

Delapan tokoh di atas dibantu Mr. Sumanang Surjowinoto dan Sudarjo Tjokrosiswojo masing-masing sebagai ketua dan panitera (sekretaris) PWI yang telah terpilih di Solo. Sejumlah wartawan juga berbicara pada waktu itu seperti Andjar Asmara, Pemimpin Harian Perdjoangan yang terbit di Purwakarta, Jawa Barat.

Hari Sabtu tanggal 8 Juni 1946 lahirlah organisasi Sarikat Perusahaan Suratkabar (SPS) yang di belakang hari menjadi Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) sampai sekarang. Terpilih sebagai Pengurus SPS pertama: Sjamsuddin Sutan Makmur (ketua), Suprijo Djojosupadmo (wakil ketua), dan Djamal Ali (panitera). Ronggodanukusumo, Sumanang, Moh. Koerdie, dan Sudjono sebagai pembantu. Dengan demikian, lengkaplah kepengurusan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) yang lahir pada tahun yang sama, 1946. Karena itulah PWI dan SPS sering disebut sebagai "Saudara Kembar". ***

Penulis, wartawan senior ”Pikiran Rakyat” dan Board of Director SPS Pusat.

Tuesday, June 20, 2006

Arti Kemenangan
”Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat mengalahkan orang lain, tetapi yang dapat mengalahkan dirinya sendiri” [HR. Ibnu Hibban]

Wahai saudaraku seperjuangan di medan dakwah....... Tak ada jalan enak yang ditempuh oleh pejuang. Setiap jalan yang diambil penuh onak dan duri, bukankah Rasulullah bersabda bahwa surga itu dikelilingi sesuatu yang memang tidak menyenangkan. Lihat perjalanan Beliau, orang yang sangat disayang oleh Allah, ternyata.... hidupnya penuh dengan ancaman, celaan, ujian, dan rintangan. Itulah warna-warni jalan menuju kemenangan....
Saudaraku........ Sudah garis Ilahi, seorang pejuang ibarat pendaki, ia harus melalui bukit terjal, jurang yang curam, semak belukar yang runyam. Kian tinggi memanjat biasanya semakin sendiri para pendaki. Berada di atas berarti berada di medan yang semakin berat. Karenanya hanya pendaki yang tangguh sajalah yang berhasil menginjakkan kaki disana. Namun.... ketika di atas ia temukan pemandangan indah yang tak bisa dilihat oleh orang-orang di bawah. Ia merasakan kebahagiaan yang tak dirasakan oleh orang lain. Kebahagiaan..... bukankah itu sebenarnya yang dicari manusia?
Saudaraku.....Tak ada sesuatu dalam hidup ini yang perlu ditakuti. Badai pasti melanda, ujian pasti datang. Tak perlu menghindar. Masalah pasti kan menghadang. Tak usah lari, hadapilah. Pandanglah ia sebagai hadiah Ilahi. Terimalah, lalu bukalah. Pasti ada sesuatu bermanfaat di dalamnya. Yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Namun, sebesar apa pun masalah, ia takkan pernah melebihi kemampuan kita untuk memikulnya. Terlalu naif jika kita dikalahkan oleh masalah. Kita lebih berharga dari masalah yang ada. Masalah-lah yang akan mengantarkan kita pada selangkah lebih maju.
Saudaraku..... dunia yang cuma sebentar ini merupakan tempat menguji kemampuan......Tak perlu kita mengeluh dengan keterbatasan yang memang kita tak mampu mengubahnya. Kita telah sempurna untuk misi kita. Kita telah diberi sosok terbaik. Carilah kekuatan pada diri kita. Duhai saudaraku......., Hidup ini bukan untuk mempersoalkan apa yang kita miliki, namun apa yang dapat kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Nilai kita adalah apa yang kita karyakan, bukan apa yang kita keluhkan. Berkaryalah selagi potensi kita masih ada. Berbuatlah selagi kesempatan mengijinkan. Wujudkan karya kita dengan sepenuh hati. Tak perlu mencari sanjungan, ucapan terimakasih, atau pujian orang. Sama sekali tak ada alasan untuk itu. Ketulusan akan membuat kita lepas dari belenggu hawa nafsu yang melelahkan jiwa.
Saudaraku...... masih ingat nasehat Rasulullah bahwa jihad terbesar adalah melawan diri sendiri. Karenanya, kemenangan bukan pada otot yang kekar, suara yang lantang, bukan pula pada saat kita berhasil meluapkan emosi, menghardik orang, atau memojokkan. Apalah arti kemenangan jika meraihnya dengan menyakiti orang sekitar kita. Kemenangan bukan saat kita mengalahkan orang lain. Akan tetapi kemenangan ada pada saat kita mampu mengalahkan diri sendiri. Itulah seni menjalani hidup.

Monday, June 19, 2006

Orang Sunda Mencari Jati Diri
Oleh ANDREAS BINTORO

SETELAH runtuhnya Kerajaan Sunda (1579), orang Sunda selalu mengalami keprihatinan sepanjang perjalanan sejarah. Sejak itu mereka dirundung malang akibat desakan berbagai pengaruh yang silih berganti datang dari luar secara fisik dan budaya dalam waktu relatif singkat (kurang dari satu abad). Karena itu, kebudayaan Sunda yang sebelumnya telah mapan, mengalami gejolak terus-menerus sehingga bentuk dan isinya selalu berubah.

Demikian besar desakan budaya luar itu sehingga beberapa unsur budaya Sunda yang telah mapan (bahasa, aksara, sastra, agama) terpinggirkan dan kemudian digantikan wujud dan perannya oleh unsur-unsur budaya baru (Edi S. Ekadjati 2004. Kebangkitan Kembali Orang Sunda: Kasus Paguyuban Pasundan 1913-1918, halaman 70, Bandung: Kiblat). Paguyuban Pasundan yang resmi berdiri pada tanggal 20 Juli 1913 dapat dipandang sebagai fondasi kebangkitan kembali orang Sunda itu. Mengapa harus bangkit kembali? Apakah semula sudah mati atau tidur lelap?

Pengurus Paguyuban Periode Pertama (20 Juli 1913-22 Februari 1914) ialah sebagai berikut: Presiden: Mas Dayat Hidayat, Sekretaris: Raden Junjunan, Bendahara: Raden Kusuma Sujana, Komisaris: Mas Iskandar, Karta di Wiria, Sastra Budaya, Abubakar, Penasihat: Daeng Kanduruan Ardiwinata (Edi S.Ekadjati, 2004:83).

Mereka berpendapat bahwa katertinggalan orang Sunda dari kelompok etnis lain seperti: Jawa, Melayu dan terlebih lagi Belanda/Eropa ialah karena faktor mental dan tingkat pendidikan orang Sunda yang tidak memperlihatkan kreativitas, dinamika, keuletan, keberanian, dan etos kerja yang tinggi. Nilai-nilai itulah yang hendak ditingkatkan, dibangkitkan kembali atau ditanamkan oleh Paguyuban Pasundan.

Sesungguhnya Paguyuban Pasundan memang didirikan untuk memperjuangkan kepentingan orang Sunda dan bukan untuk menyaingi atau melawan Budi Utomo, namun harus diakui bahwa orang Sunda yang menjadi anggota Budi Utomo pada akhirnya keluar dan masuk menjadi anggota atau pengurus Paguyuban Pasundan setelah Budi Utomo kemudian menjadi Jawa sentris atau kejawa-jawaan. Seandainya Budi Utomo diganti menjadi Budi Utama agaknya kesan Jawanya tidak terlalu terlibat. R. Oto Iskandar di Nata ialah tokoh Paguyuban Pasundan yang pernah menjadi anggota dan pengurus cabang Budi Utomo di Banjarnegara, Bandung, dan Pekalongan. Beliau beristrikan perempuan Jawa. Untuk membangkitkan minat akan bahasa Sunda dan agar lebih masuk ke hati, ada baiknya alasan resmi pendirian Paguyuban Pasundan dikutipkan seluruhnya. Begini bunyinya:

Doepi noe djadi loeleogoe njata wirehing ngemoetkeun bangsa Soenda katjida pisan katilarna tina bab kamadjengan koe bangsa sanes, soemawonten koe bangsa Djawa mah, noe ti kapoengkoerna oge parantos tebih pisan nilarna ka oerang Sunda, dalah koe oerang Malajoe tos teu atjan sakoemaha lamina ngoedagna kana kamadjengan, ajeuna oerang Soenda parantos kenging disebatkeun kaselek, tawisna moerid di sakola Doktor danget ieu oerang Soendana moeng aja 10, doepi oerang Melajoe mah soemawonten oerang Djawa mah parantos pirang-pirang. Njakitoe deui di sakola-sakola sanes oerang Djawa sareng oerang Melajoe henteu kawon seurna koe oerang Sunda. Anoe ka nagri Walanda mah oerang Soenda kenging keneh dibilang, doepi oerang Malajoe sok soemawonten noe kiat majar ongkosna, dalah noe henteu oge tjek paripaos dibelaan keoli-koeli, merloekeun ka nagri Walanda koe soehoed njiar kapinteran. Menggah koe emoetan, oepami oerang Soenda tjitjingna bae, daek-daek ka pajoena hajang njepeng padamelan oge hese, kakawonkeun koe bangsa sanes. Boektina ajeuna parantos sababaraha hidji oerang Djawa sareng oerang Melajoe noe njepeng damel di tanah Pasoendan, doepi oerang Soenda mah teu aja bae noe tiasa djeneng di nagara deungeun (Wirasapoetra, 1916):4 dalam Edi S. Ekadjati, 2004:49-50).

Untuk memberi bobot ilmiah kepada tulisan populer ini, saya melakukan penelitian singkat di sebuah universitas yang tidak berdasarkan agama namun lebih ke kemanusiaan yang universal dan Pancasila. Dari tiga kelas yang berjumlah 94 orang, terdapat 45 orang Sunda atau 47,8% dari jumlah mahasiswa. Seluruh mahasiswa Sunda yang memang bersedia diberi kuesioner untuk diisi di rumah mereka masing-masing. Pertanyaan yang diajukan dan relevan dengan tulisan ini ialah: Apakah Saudara sebagai anggota suku/kelompok etnis Sunda sekarang ini merasa bangga? Apakah Saudara mengetahui bahwa ada organisasi bernama Paguyuban Pasundan? Bila mengetahui, tolong ceritakan tentang: kapan didirikannya, siapa pengurusnya yang pertama dan yang sekarang, apa tujuanya, apa kegiatannya, apa Saudara mendukung cita-citanya itu. Bila Saudara mengamati, di Jawa Barat ternyata sulit atau tidak dapat dijumpai jalan yang bernama Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk. Harap Saudara kemukakan apa sebabnya. Apa yang Saudara ketahui tentang Pasundan Bubat?

Bagaimana pendapat Saudara tentang keluhan sementara orang Sunda bahwa mereka tertinggal dalam berbagai bidang (ekonomi, bisnis, politik, militer, dan sebagainya) ?

Pengolahan data kuesioner menunjukkan hasil sebagai berikut: Sejumlah 43 mahasiswa lelaki dan perempuan menyatakan bangga sebagai orang Sunda, 2 orang mahasiswa menyatakan biasa-biasa saja. Tentang keberadaan Paguyuban Pasundan, sejumlah 38 orang menyatakan tidak tahu dan hanya 7 orang menyatakan tahu. Tentang tidak adanya jalan di Jawa Barat yang dinamai Gajah Mada atau Hayam Wuruk dan tentang Pasundan Bubat diperoleh jawaban yang sama yaitu 42 mahasiswa menyatakan tidak tahu dan hanya 3 orang menyatakan tahu. Tentang ketertinggalan orang Sunda di berbagai bidang, jawabannya hampir berimbang, ada 25 orang mahasiswa menyatakan setuju akan adanya kenyataan itu dan 20 orang menyatakan tidak setuju. Begitulah beberapa contoh jawaban yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Mahasiswa bernama MUR: Iya, saya mengetahui organisasi Paguyuban Pasundan. Paguyuban Pasundan adalah suatu kumpulan/himpunan yang bertujuan untuk memelihara, melestarikan, dan mengembangkan kesenian dan adat kebudayaan Sunda.

Menurut pendapat saya tidak benar bahwa orang Sunda tertinggal dari suku lain dalam berbagai bidang karena itu dilihat dari kepribadian masing-masing orang. Mungkin saja orang Sunda tertinggal dari suku lain karena kebudayaan menjadi faktor penghambat.

Mahasiswa bernama YG: Ya, saya mengetahui ada organisasi bernama Paguyuban Pasundan yang merupakan organisasi kelompok orang Sunda (perkumpulan orang Sunda) yang mempunyai tujuan untuk melestarikan kebudayaan Sunda. Sedangkan kapan didirikannya, siapa pengurusnya dulu yang pertama dan sekarang, apa kegiatanya, saya tidak mengetahuinya.

Menurut pendapat saya, orang Sunda tertinggal dari suku lain dalam berbagai bidang karena kebanyakan Orang Sunda kurang kebaraniannya, dengan kata-katanya "Mang Teu Langkung Abdi Mah Ngiringan Wae", sehingga orang Sunda kurang untuk melakukan sosialisasi dengan suku lain, dan kurangnya keberanian untuk menunjukkan kemampuan dan kelebihannya untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan baik.

Kedua mahasiswa MUR dan YG itu perempuan. Berikut ini ungkapan GS seorang mahasiswa lelaki:

Paguyuban Pasundan didirikan pada tahun 1913. Pertama kali oleh orang Sunda. Kegiatannya: Pendidikan keagamaan dan kesenian. Tujuannya: 1. Menghasilkan tenaga kerja yang murah tapi terdidik. 2. Memperdalam ilmu dan penyebaran agama Islam. 3. Mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Sunda. Tidak banyak orang Sunda yang tertinggal dalam bidang, contoh Sunda terkenal dengan bidang keseniannya, di bidang ekonomi dan pendidikan orang Sunda lumayan maju.

MKD mahasiswa perempuan:

Pendapat saya untuk sementara orang Sunda memang sedikit tertinggal. Karena orang Sunda kurang ulet, kurang rajin. Soalnya mereka kebanyakan gede ka era dan mudah putus asa tapi pada dasarya ga semua orang Sunda kayak gitu tergantung pada pribadinya masing-masing.

IRA mahasiswa perempuan:

Ya, tentu saya sering mendengar tentang Paguyuban Pasundan, namun untuk hal selebihnya saya kurang mengetahuinya. Tetapi sedikitnya saya mengetahui beberapa hal mengenai Paguyuban Pasundan. Pengurus pertama Paguyuban adalah Bpk. Daeng Kandaruan dan sekarang pengurusnya adalah H. Achmad Sape'i. Tafsiran tentang pendapat para mahasiswa tersebut tentu dapat sangat bervariasi. Sayang sekali para mahasiswa dalam hal ini hanya 3 orang yang mengaku tahu tentang Pasundan Bubat dan fakta tidak adanya Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk di Jawa Barat tidak memberi tanggapan yang memadai. Bahkan pengetahuan mereka tentang hal itu tidaklah akurat.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, saya menarik kesimpulan sementara sebagai berikut: usaha Paguyuban Pasundan untuk membangkitkan minat terhadap sejarah etnis Sunda dan pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di Tanah Sunda belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Akibatnya, pengetahuan mahasiswa Sunda tentang budayanya dan sejarahnya masih sangat minim. Sebagai konsekuensinya ada bahaya bahwa generasi muda sekarang dan yang akan datang berkemungkinan mengulangi kesalahan yang sama dan tragedi yang sama (Pasundan Bubat, Dipati Ukur, Ima Nagara, penjajahan Belanda).

Berdasarkan hasil penelitian itu, pengamatan luar dan wawancara dengan orang Sunda di luar Paguyuban Pasundan serta anggota Paguyuban Pasundan, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kurangnya daun, manusia yang bersumber daya dan kegiatan hubungan masyarakat menyebabkan Paguyuban Pasundan kurang dikenal. ***
Penulis, sosiolog tinggal di Bandung.

Sunday, June 18, 2006

30 Anak Sungai Tercemar
Limbah Industri Dibuang tanpa Diolah Terlebih Dahulu

BANDUNG, (PR - 19 Juni 2006).-
Pemerintah Kabupaten Bandung, khususnya Dinas Lingkungan Hidup, dituding tidak serius menangani perusakan alam yang terjadi di Kab. Bandung. Salah satu buktinya, masih banyak industri tekstil yang dibiarkan membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah terlebih dulu.

TIGA anak mencari botol plastik dan kaleng bekas dari sampah yang mengotori Sungai Citarum di Desa Bojongmalaka Kec. Baleendah Kab. Bandung, Minggu (11/6). Bagi mereka, sampah yang mengotori Sungai Citarum adalah nafkah, tak peduli airnya yang membawa penyakit akibat pencemaran dari pabrik.*HARRY SURJANA/”PR”

Hal itu diungkapkan Deni Riswandani dari Komunitas Peduli Lingkungan kepada “PR”, akhir pekan kemarin. “Sedikitnya, ada 30 anak sungai di Kab. Bandung, dari Gunung. Wayang hingga Dayeuhkolot, yang tercemar limbah industri. Itu datanya dari Dinas Lingkungan Hidup tahun 2005. Tapi tindakan terhadap industri pembuang limbah itu tidak tuntas,” kata warga Majalaya itu.

Dari pemantauannya, khusus untuk daerah Majalaya, setidaknya ada 4 daerah aliran sungai (DAS) yang tercemar limbah. “Yaitu DAS Sasakbejo, Ciwalengke, Cikacembang, dan Padaulun. Ada 20 industri yang membuang limbah cair tanpa diolah langsung ke sungai. Mereka biasanya buang di malam hari agar tidak ketahuan. Airnya hitam pekat dan bau menyengat,” kata Deni.

Tidak berjalan

Sebenarnya, pemerintah telah menetapkan standar baku mutu air dan pengolahan air limbah. Pengolahan air limbah yang sesuai aturan harusnya melalui proses-proses ekualisasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, pengolah limbah biologis, filtrasi, netralisasi, dan bak pengering lumpur.

Pemerintah juga pernah meluncurkan program “Superkasih” (Surat Pernyataan Kali Bersih) 2003 dan 2004. Program itu bertujuan mendorong percepatan penataan industri yang mengikuti ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup.

Saat itu, untuk di Kab. Bandung, khususnya di Kec. Majalaya, ada 30 perusahaan yang dibina melalui program “Superkasih”. Perusahaan itu antara lain PT Comodotex, PT Ferinatex, PT Timbul Jaya, PT Sinar Domas, PT Padamulyatex, PT Indo Pasifik, dan PT Anggrek Mas. Namun, program itu tidak berlanjut.

Antisipasi pencemaran

Sementara itu, mengantisipasi kerusakan tanaman akibat tercemar limbah pada musim kemarau kali ini, para petani di Rancaekek Kab. Bandung membuat tanggul dari pasir dan ijuk. Tanggul itu diharapkan mampu menetralisir air yang tercemar agar tidak langsung masuk ke sawah.

Beberapa petani mengatakan, selama ini para petani mengandalkan air Sungai Citarum untuk mengairi sawah mereka. ”Semua petani di Rancaekek mendapatkan air untuk sawah dari air Sungai Citarum, yang juga menjadi tempat pembuangan limbah pabrik,” ujar Kosim, warga Kampung Bobondolan, Desa Rancaekek Kulon.

Namun, memasuki musim kering dan bertepatan dengan masa tanam, ketergantungan terhadap air Sungai Citarum semakin tinggi. Pada saat bersamaan tingkat pencemaran air sungai juga sangat tinggi.

Citarum tercemar karena sebagian besar pabrik disekitar Rancaekek yang mengalirkan limbah ke sungai. Sebagian besar pabrik di Rancaekek mengolah buangannya melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). ”Tapi berdasarkan penelitian pemerintah (BPLHD Jabar) limbah tersebut belum memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan,” katanya. (A-87/A-128)***

Wednesday, June 14, 2006

WANITA

Kadang dalam satu komunitas atau lingkungan dimana aku berada di dalamnya, banyak sekali yg menarik untuk aku perhatikan dan sasaranku biasanya pada sesuatu yg berbeda dengan yg lainnya hingga membuat aku ingin tau lebih banyak.

Begitu banyaknya nara sumber dan informasi yg aku lihat dan aku dengar, hingga kali ini aku tertarik sekali untuk membahas masalah wanita, dimana keunikan pada diri seorang wanita yg kadang menjadi suatu misteri yg sulit untuk dimengerti, karena perasaan yg selalu mendominasi wanita untuk bersikap dan mengambil keputusan yg kadang diluar akal sebagian jenisnya dan lawan jenisnya.

Berapa banyak seorang wanita yg tiba2 datang padaku dan menceritakan masalahnya yg berhubungan dengan lawan jenisnya yg memperlakukan dirinya dengan tidak baik dan menyakiti dirinya dan perasaannya, tapi masih juga wanita tersebut memaklumi semua tindakan pasangannya tersebut dengan berbagai alasan dan inti dari semua alasan wanita tersebut memaklumi tindakan yg menyakitinya itu adalah karena cinta dan sayang terhadap pasangannya ataupun keluarganya. Yang unik disini adalah sumber dirinya tersakiti serta cinta dan sayangnya terampas disebabkan oleh wanita pula.

Berapa banyak pula laki2 yg datang dan menceritakan keluh kesahnya padaku, hingga membuat laki2 tersebut hilang kontrol terhadap semua sisi yg ada dalam dirinya dan itupun karena wanita. Laki2 gagah menjadi loyo, laki2 yg cerdas menjadi bodoh, yg mempunyai jabatan menjadi hancur jabatannya, yg kaya raya menjadi melarat, yg ingat menjadi lupa dan itu semua karena wanita. (wanita oh..wanita..ada apa dengan dirimu..??)

Tiba2 seorang wanita yg sudah berdiri dihadapanku dengan air matanya dan menceritakan bahwa suaminya mencintai wanita lain hingga dirinya ingin diceraikan begitu saja dengan alasan yg akhirnya cenderung dibuat2 untuk menceraikannya, tapi sang wanitapun berusaha sekuat mungkin menahan dan menerima semua rasa sakit untuk tetap bertahan dan bersama suaminya walau terpaksa harus menerima semua perlakuan yg tidak nyaman dari suaminya tersebut.

Dan tiba2 pula seorang wanita yg nekat ingin memalsukan surat perceraian antara dirinya dan suaminya, agar wanita lain yg menginginkan suaminya tsb puas melihat perceraian palsunya dan memalsukan surat pembagian harta gono gini yg diserahkan kepada anaknya agar wanita lain tsb berhenti menginginkan suaminya dan mencampakkan suaminya yg sudah tidak berharta lagi agar kembali kepelukan dirinya. Dan dirinya lebih rela kehilangan semua hartanya asalkan sang suami kembali bersamanya dengan memberikan semua ATM dan tabungan keluarganya kepada wanita lain yg dicintai suaminya tsb, asalkan berhenti menginginkan suaminya.

Hmm..itu 2 contoh keunikan yg terdapat dalam diri wanita yg rela melakukan apapun demi mempertahankan pasangannya dengan dalih cinta dan sayang hingga mengambil keputusan hanya berdasarkan perasaan tanpa logika yg tidak bisa diterima oleh sebagian orang. Sedangkan 2 contoh lagi keunikan wanita yg hanya memenuhi kepuasan dirinya, dia rela menghilangkan rasa belas kasihnya kpd kaumnya sendiri yang menggunakan rasa sayang lawan jenisnya untuk memenuhi kepuasan dirinya.

Hmm..aku pernah memperhatikan seorang wanita yg tidak henti2nya melihat kembali cermin yg ada dalam tas tangannya, dan sesekali pula ia menempelkan kembali spons bedak padat ke wajahnya, yg seolah2 ia tidak rela ada keringat sedikitpun yg melunturkan bedak di wajahnya. Dan bila kuamati rasanya mungkin wanita itu bisa menghabiskan 2 kotak bedak padat dalam sebulan, karena ketebalan bedak yg dipoleskan pada wajahnya hampir menyerupai topeng yg dikenakan. Sedangkan yg ada dikepalaku adalah berapa rupiah yg harus dia keluarkan hanya untuk bedak yg dipakainya, dan andai harga bedak padat itu seharga Rp. 75.000,- berarti dalam sebulan ia harus mengeluarkan uang Rp.150.000,- hanya untuk bedak. Belum lagi alas bedak, pemerah wajah, eye shadow, lipstik, lips glos, maskara, celak mata, pinsil alis. Hmm..berapa ratus ribu or jutaan rupiah uang yg menempel hanya pada wajahnya yg kemudian setelah itu dihapus menjelang tidur. Dan berapa lama waktu yg diperlukan untuk menempelkan itu
semua diwajahnya dan berapa lamu pula waktu yg dihabiskan untuk membersihkannya kembali menjelang tidur??:) belum lagi aksesoris lain yg harus dikenakannya untuk menyempurnakan penampilannya spt minyak wangi, contact lens, pewarna rambut, body lotion, aksesoris gelang, kalung, cincin, baju seksi, dan sepatu tinggi. Dan berapa rupiah yg harus dihabiskan oleh seorang wanita hanya untuk memenuhi kepuasan dirinya agar semaksimal mungkin menarik perhatian lawan jenisnya.

Hmm..yg ada dikepalaku andai wanita itu bersuami dan ia telah menghabiskan uang suaminya dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya untuk ditempelkan diwajahnya, sementara siang hari suami bekerja di kantor dan tidak bisa menikmati pernak pernik yg dipakai oleh sang istri di siang hari, bahkan sang suami hanya menikmati wajah polos sang istri menjelang tidur tanpa bedak, eye shadow, pemerah wajah, lipstik, masrkara, dan tanpa alis?? Kebayang olehku seolah2 sang suami harus tidur dengan wanita berbeda di siang dan malam harinya, yaitu dengan wajah pucat tanpa alis seperti tuyul.

Demi memuaskan keinginan yg ada di dirinya, seorang wanita yg diketahui sebagai salah satu mahluk lembut dengan kasih sayangnya dan mahluk lemah karena fisiknya, ternyata mempunyai kekuatan yg sulit untuk ditolak oleh lawan jenisnya. Hingga ia mampu menjadi seorang yg tanpa perasaan, hingga mampu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yg diinginkannya walau harus menghancurkan sesamanya.

Hmm..sekarang aku ingin menjabarkan hasil penilaianku terhadap wanita. Wanita adalah salah satu bagian keindahan yg diciptakan oleh Allah selain dunia dan isinya untuk dinikmati oleh dirinya sendiri ataupun lawan jenisnya. Setuju atau tidak itulah kenyataan! Sedangkan pria di takdirkan oleh Allah sebagai penikmat dan pecinta keindahan yg ada pada diri wanita, setuju atau tidak itulah kenyataan.!

Penilaianku ini ingin kucoba sambungkan dengan beberapa hadist yg pernah aku baca ttg wanita, yg kira2 bunyinya: Rasulullah bersabda “aku diberikan kemampuan oleh Allah untuk menolak 2 hal yaitu harta dan kedudukan, sedangkan aku diberikan kelemahan untuk cenderung kepada 2 hal yaitu mewangian dan wanita” (muslim)

Rasulullah bersabda “hati2lah kalian terhadap dunia dan hati2lah kalian terhadap wanita, sesungguhnya fitnah pertama kali yg menimpa bani israil adalah wanita” (muslim)

Jadi jelas peringatan Rasulullah yang harus diwaspadai adalah dunia dan “wanita”. Tapi..wanita mana yg sebenarnya yg harus diwaspadai dan diperingati oleh Rasulullah??

“Wanita itu adalah tiang negara, baiknya wanita maka baiklah negara dan rusaknya wanita maka rusaklah negara” hmm..berapa banyak laki2 yang berkuasa dan hebat bisa dihancurkan oleh “wanita” dan berapa banyak laki2 yang menjadi hebatpun karena wanita.
Dan ternyata wanita yang secara fisik terlihat lemah dan kodratnya harus dilindungi dan menjadi makmum bagi laki2, ternyata menjadi penentu baik or tidaknya satu keluarga dan negara. Dan ternyata dalam diri wanita pula terdapat keindahan dan kebaikan yg tidak bisa dipungkiri “dunia itu laksana perhiasan dan sebaik2nya perhiasan adalah wanita sholeha”
dan terbukti ada 2 sifat dalam diri wanita yg menjadi kekuatan untuk menentukan baik dan buruknya keluarga atau negara.

Dan ternyata yang diberikan tanggung jawab untuk menjaga wanita dan penentu salah satu sifatnya untuk menjadi dominan cenderung baik dan buruk adalah laki2. hmm…aku pernah baca salah satu ayat al-qur’an yg berbunyi "Kaum laki2 itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki2) atas sebagian yg lain (wanita).." (An-Nisa 34)

atau bunyi hadist "Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan. Sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah" (Riwayat Muslim)
atau bunyi ayat lain dalam al-qur’an “….Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (An Nissa : 19)

atau bunyi hadist “wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, apabila kamu paksa untuk meluruskannya maka ia akan patah dan apabila kau biarkan maka dia akan terus bengkok”
atau
“laki2 yg baik adalah yg paling halus terhadap wanita dan laki2 yg jahat adalah yg kasar terhadap wanita”

atau “sesungguhnya perut bumi itu lebih baik dari pada laki2 yg kasar terhadap wanita”

yup!! Kesimpulannya adalah wanita mempunyai senjata yg ada pada dirinya berupa keindahan yg diminati oleh laki2 karena wanita diciptakan oleh Allah dan menjadi salah satu sumber keindahan dan perhiasan dunia sedangkan kelemahan dan keburukannya yaitu sering menggunakan senjata dan keindahan yg ada pada dirinya untuk menaklukan lawan jenisnya dan memenuhi keinginannya sedangkan dengan kelebihan kesabaran dan kasih sayangnya pula wanita mampu menyelamatkan laki2 dari kehancuran diri dan rumah tangganya. Sedangkan laki2 diberikan kemampuan untuk memimpin dan mengendalikan wanita untuk mendapatkan kecenderungan yg baik dan buruk pada diri wanita tersebut.

Namun yg terjadi saat ini adalah wanitalah yg mengendalikan laki2 berdasarkan perasaan yg kadang tanpa logika dan laki2pun tidak mampu mengendalikan dirinya untuk tidak dikendalikan oleh wanita karena kodratnya laki2 cenderung sebagai penikmat keindahan yg ada pada diri wanita. Sedangkan kesimpulannya adalah saling menjaga diri antara wanita dan pria. Wanita memahami kelebihannya untuk tidak menggunakannya pada yg bukan tempatnya dan laki2pun menyadari kelemahnnya untuk tidak jatuh pada keinginan yg bukan pula pada tempatnya.

Dan kunci untuk mengendalikan 2 sifat yang ada pada diri wanita dan pria adalah dengan memahami aturan islam, yaitu laki2 agar kuat dasar pemahamannya terhadap islam hingga ia mampu mengendalikan wanita yg dominan lebih menuruti perasaannya dan kadang tanpa logika,untuk mendapatkan kebaikan yg banyak pada diri wanita tersebut dengan menghilangkan or meminimalkan sifat buruknya yg sering menggunakan senjata keindahannya dan dengan pemahaman agama islampun laki2 mampu menolak dan meredam keinginannya pada keindahan yg bukan pada tempatnya. Sedangkan wanitapun agar mampu memahami islam secara benar, hingga mampu menahan keinginannya untuk tidak menggunkan senjatanya dalam menarik perhatian lawan jenisnya yg bukan pada tempatnya.

" Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ". ( QS.An Nur(24):30 )

Wanita tidak bisa dikasari karena dia akan frustasi kemudian patah, dan wanita tidak bisa selalu dituruti karena akhirnya dia akan selalu ingin dituruti dan akan menjadi patah kembali apabila keinginannya yg selalu dituruti tiba2 di tolak. Itulah peringatan Rasulullah yg mengatakan wanita itu ibarat tulang rusuk yg bengkok, apabila kau paksakan untuk meluruskannya maka ia akan patah dan apabila kau membiarkannya maka dia akan terus bengkok.

“….Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (An Nissa : 19)


by
hana

Thursday, June 08, 2006

Timor Leste Perlu Kita Pahami
Oleh H. ROSIHAN ANWAR

Sejak kerusuhan di Timor Leste tanggal 28 April 2006 yang menimbulkan korban tewas, luka-luka, pengungsian penduduk, pembakaran dan penjarahan gedung serta rumah, berkali-kali nama Indonesia disebut dalam pemberitaan media internasional dan lokal dari Dili.

Semua itu dimulai Maret yang lalu, tatkala Pasukan Pertahanan Timor Leste (F-FDLT) menampakkan perpecahan dalam barisannya. Enam ratus anggota F-FDLT yang kebanyakan berasal dari suku (etnik) di bagian barat merasa dianaktirikan dalam urusan kenaikan pangkat dibandingkan dengan tentara yang berasal dari etnik bagian timur. Yang satu dinamakan Loromonu, yang dari timur disebut Lorosae.

F-FDLT berkekuatan 1.400 anggota, panglimanya Brigjen Taur Matan Ruak yang memimpin perlawanan gerilya Fretilin terhadap ABRI berasal dari timur. Selain soal promosi juga soal gaji menjadi masalah dan Loromunu mengajukan petisi kepada Presiden Xanana untuk menyelesaikan keluhannya. Kelompok yang mengajukan petisi kepada Xanana dipimpin oleh Letnan Satu Gastao Salsinha.

Delapan ratus anggota F-FDLT berpihak kepada pemerintah, 600 anggota dipecat lantaran dituduh melakukan desersi. Bentrokan senjata timbul, situasi tidak terkendalikan dan pemerintah Timor Leste meminta bantuan internasional untuk mengatasi kekacauan. Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Portugal mengirimkan pasukan tentara dan polisi guna menjaga perdamaian di Timor Leste.

Pemimpin tentara Timor Leste yang memberontak ialah Mayor Alfredo Reinado yang bersama pasukannya bergerak sekitar Kota Dili. Menurut wartawan New York Times Jane Perlez yang mengirimkan beritanya dari Denpasar, Indonesia, Mayor Reinado anehnya sama sekali tidak keberatan dengan kedatangan tentara Australia. Dia siap kerja sama dengan tentara Australia berdasarkan sembarang persetujuan yang akan dicapai oleh Presiden Xanana. Ditambahkannya, dia berharap prajurit-prajurit Australia membawa untuk dia "satu peti VB", artinya "Victoria Bitter beer". Tidak heran. Juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan Reinado tahun yang lalu mengikuti latihan di Sekolah Staf Komando Australia di Canberra di mana dia kuliah studi-studi angkatan laut dan strategi maritim.

Hugh White, guru besar studi-studi strategis di Australian National University (ANU) dan seorang mantan pejabat senior Departemen Pertahanan mengatakan kendati Timor Leste negara kecil dengan penduduk hanya 800.000 jiwa, dia penuh dengan perbedaan-perbedaan komunal yang mencegah terbentuknya "suatu keutuhan politik". Jumlah kombatan mungkin tampaknya kecil yaitu 600 orang di satu pihak dan 800 di pihak lain, sesungguhnya mereka mewakili kesamaan dengan beberapa divisi yang menyerang sebuah ibu kota besar.

Hidup di zaman RI

Seraya makin banyak pasukan asing memasuki Timor Leste, kantor berita Associated Press mengabarkan dari Dili bahwa Kepala Pasukan Pertahanan Australia Marsekal Udara Angus Houston menyatakan depan dengar pendapat dengan komisi senat, dia merencanakan tentara Australia selama enam bulan di Timor Leste. PBB telah mengirimkan seorang utusan untuk mengukur situasi di Timor Leste.

Jane Perlez menceritakan kisah Antonio Almeida pekerjaan sopir dan istrinya Lucia Morut manajer kantor. Morut punya pekerjaan bagus, gajinya 150 dolar AS sebulan, jauh lebih banyak daripada rata-rata orang Timor Leste. Tapi gajinya sekarang masih kurang dari 200 dolar yang diterimanya waktu mengurus rumah tangga para pekerja asing yang pergi setelah Timor Leste merdeka tahun 2002. Morut menabung dari pekerjaannya dulu dan dapat membangun rumah batu berkamar dua. Mereka kini punya tujuh orang anak, di rumah ada pesawat televisi dan Morut punya HP. Pasangan itu berkata kehidupan adalah lebih baik selama pendudukan Indonesia.

Lebih gampang mendapatkan barang-barang di zaman Republik Indonesia itu. Kini banyak penganggur dan banyak orang datang ke Dili. Sukar bagi suami saya untuk memperoleh pekerjaan. Pemerintah hanya menjanjikan, tapi tidak berbuat apa-apa, kata Lucia Morut.

Bank Dunia tahun yang lalu memperingatkan bahwa pemerintah Timor Leste bersikap keras terhadap rakyat, menganggap sepi "kurangnya profesionalisme dan pengalaman" di kalangan pasukan keamanan dan menegakkan suatu "gaya mengutamakan negara". Di bawah peringkat menteri Timor Leste kekurangan orang dengan cukup pengalaman untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan esensial. Kami punya menteri-menteri, tapi tidak ada manajer-manajer pertengahan, ujar Sidonio Freitas, manajer senior di Timor Sea Designated Authority.

Dalam kerusuhan di Timor Leste ternyata PM Mari Alkatiri merupakan tokoh kontroversial. Kantor berita Reuters mewartakan bahwa kabinet bersidang tanggal 29 Mei dan pada kesempatan itu untuk pertama kali setelah terjadi kerusuhan Presidan Xanana secara fisik bertemu dengan PM Mari Alkatiri. "Mereka berkomunikasi, tapi tidak bertemu muka dengan muka," ujar seorang asisten Xanana. Alkatiri yang memecat 600 anggota tentara bulan April lalu. Pada suatu saat Xanana ke luar dari sidang untuk mendesak kerumunan rakyat agar menghentikan perkelahian dan kembali ke rumah masing-masing. Saya melihat adegan itu di tayangan televisi BBC di mana Xanana bicara dalam bahasa Tetun. Beberapa orang bubar, tetapi yang lain-lain berteriak meminta Alkatiri berbicara dengan mereka.

"Jika dia (Alkatiri) seorang laki-laki, dia harus ke luar (bicara dengan kita)" teriak sekelompok pemuda.

PM Alkatiri gagal

Apakah antara Xanana dan Alkatiri tidak terdapat hubungan yang baik? Orang hanya menjawab bahwa pada tahun 1975, ketika Fretilin mengumumkan kemerdekaan Timor Leste, sebelum invasi tentara Indonesia, Alkatiri sudah anggota kabinet dan menjabat sebagai menteri, sedangkan Xanana hanya anggota biasa Fretilin. Baru dalam perjuangan seterusnya, ketika Alkatiri melarikan diri dan menetap di Mozambique di Afrika, posisi Xanana naik daun sebagai komandan Fretilin yang melawan ABRI.

Menteri Luar Negeri Ramos Horta yang kini merangkap sebagai Menteri Pertahanan mengatakan dalam wawancara dengan televisi "Australia Nine Network" bahwa pemerintah telah gagal secara menydihkan untuk mencegah kerusuhan. "Khusus dalam dialog politik, dalam merangkul setiap orang, dalam memecahkan masalah-masalah pemerintah telah gagal sama sekali. Dan karena itu begitu banyak orang yang gusar dengan Perdana Menteri lalu menginginkan supaya dia meletakkan jabatan," ujar Horta.

Rakyat yang bersenjatakan machette atau parang panjang, golok telah membakar rumah-rumah dan menjarah kantor-kantor pemerintah, termasuk kantor Jaksa Agung Monteiro. Berkas-berkas (files) yang berisi catatan tentang tersangka-tersangka Indonesia dalam pembunuhan pada tahun 1999 menyusul jajak pendapat di Timtim telah dicuri dan di antaranya terdapat file tentang Jenderal Wiranto yang ketika itu Panglima ABRI. Ditanya oleh wartawan luar negeri apakah file itu khusus dijadikan sasaran pencurian, Jaksa Agung menjawab "Kami tidak tahu", demikian kantor berita AP.

Dari sinilah kemudian keluar keterangan Alkatiri bahwa kerusuhan diorganisir oleh mantan milisi yang pro integrasi (dengan Indonesia) dan oleh invisible hand, tangan yang tidak tampak. Reaksi Presiden SBY kontan. Dia menyangkal keterangan Alkatiri dan menunjukkan sikap RI adalah tidak mencampuri dalam kerusuhan di Timor Leste. Menlu Horta dan Menlu Australia Downer membenarkan bahwa Indonesia tidak terlibat adanya.

Kantor berita Amerika AP mewartakan "banyak dari antagonisme (pertentangan) di jalanan berkisar sekitar tuduhan-tuduhan yang sering kali tidak berdasar bahwa satu orang atau yang lain menaruh simpati terhadap Indonesia yang ke luar dari Timtim setelah rakyatnya memberikan suara mayoritas untuk kemerdekaan pada tahun 1999.***

Penulis, wartawan senior.
� 2006 - Pikiran Rakyat Bandung
omdien@blogspot.com

Awalnya hanya mengikuti trend, walaupun saya tidak tahu apa itu blog, apa definisi blog dan untuk apa blog itu. Sementara ini saya gunakan blog ini untuk memuat artikel-artikel yang saya anggap menarik yang dikutif dari banyak sumber, seperti pikiran-rakyat.com, millist Daarut Tauhid dan sebagai nya. Setidak nya bisa saya baca ulang sehigga dapat meremind apa yang telah saya ketahui.
Bila ada yang berkenan membaca blog ini dan menganggap perlu memberikan komentar, saya ucapkan terima kasih.

omdien@gmail.com