Tuesday, August 29, 2006

21 Sep 2004
Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) - Hayu Urang Jaga Kota Bandung!
Filed under: Plesiran Tempo Doeloe — admin @ 9:53 pm

Belia suka jalan-jalan ke Jalan Braga? Hmm, kalo suka, pastinya merhatiin dong kalo bangunan di sono tuh pada oldies semua? Yep, di Bandung emang banyak banget bangunan “kuno” yang boleh dibilang udah jadi ciri khasnya kota Bandung dengan gaya arsitektur masa kolonial Belanda. Masih banyak lagi bangunan kayak gini yang tersebar di seluruh kota Bandung, seperti Gedung Sate, Gedung Merdeka, Gedung AACC, dan masih banyak lagi.

Sayangnya kalo Belia perhatiin banyak dari bangunan tersebut yang kurang terawat atau bahkan malah jadi dibangun mall atau FO dengan merusak bentuk asli bangunan tersebut. Sedih banget, ya? Well, ternyata ada orang-orang yang concern sama issue yang satu ini. Namanya Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung yang juga dikenal dengan nama Bandung Heritage (BH).

BH ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat dengan orientasi non-profit yang didiriin sama sejumlah orang yang pengen ngebikin wadah buat melestarikan Budaya Bandung. Konsentrasi utama BH emang ngelestariin bangunan khas Bandung yang udah jadi identitas kota.

Apaan aja sih kegiatannya BH? Well, kata Kang Dadan Nugraha, sekretarisnya BH yang ditodong ngobrol sama kru belia, kegiatan BH itu mencakup aktivitas yang bertujuan untuk menjaga identitas Bandung yang diperoleh dari budayanya yang khas, yang musti diperkokoh keberadaannya. “Awalnya perhatian utama kami emang pada konservasi bangunan kuno, tapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan, issue-issue budaya asli Bandung juga menjadi perhatian kami,” ujar Pria kelahiran Purwakarta tersebut lantang.

Hmm, bangunan kuno ‘yah? Kan, bangunan kuno ada banyak di Bandung. Yang mana aja ‘sih yang harus dijaga dan menjadi objek konservasi? “Sebenernya kami udah mengadakan riset dan menginvetaris sejumlah bangunan kuno. Yang masuk kriteria kami ada dua syarat, pertama umurnya lebih dari lima puluh tahun, lalu gaya arsitekturnya harus mewakili zamannya.”

Belia kalo tertarik dan pengen tahu bangunan mana aja yang udah diinventaris jadi landmark-nya kota Bandung, cari aja deh buku keluaran BH bekerja sama dengan Disbudpar yang memuat dokumentasi bangunan oldies di kota Bandung. Judulnya “Dokumentasi Bangunan Kolonial Kota Bandung”, dan diantaranya adalah bangunan sekolah SMAN 3 dan 5, juga bangunan sekolah SMPN 1. Nah, pendokumentasian ini juga salah satu kegiatannya BH, seru kan?

Kalo kegiatan rutinnya BH ‘sih, ngadain pertemuan bulanan dengan semua anggotanya yang berjumlah 500 orang. Di pertemuan tersebut, semua awak BH ngebahas sebuah topik yang lagi hangat berkaitan dengan kegiatan BH, pelestarian kebudayaan Bandung. Terus issue tersebut disikapi dengan follow-up yang berupa kegiatan. “Kayak pas ada kabar pembangunan jalan Dago-Lembang yang kemungkinan bakal ngerusak hutan, kita tindaklanjuti dengan meminta keterangan soal bener nggaknya hal tersebut ke dinas terkait,” seru Kang Dadan menyoal aktivitas rutin BH. Biasanya BH mem-follow-up dengan melakukan aktifitas yang sifatnya advokasi atau konseling ke pemerintah, jadi kayak ngasih masukan ke pemerinta, gitu.

Pernah BH juga mengadakan aksi menutup sejumlah monumen di kota Bandung dengan kain. Hah? Buat apaan? “Terkadang orang suka nggak aware sama landmark/monumen kota Bandung. Dengan aksi penutupan tersebut, diharapkan orang jadi aware sama keberadaaan sebuah monumen,” ujar kang Dadan. Selain itu, BH juga sempat membuat sejumlah stilasi (semacam monumen mini) yang menandakan spot-spot kejadian Bandung lautan api di kota Bandung.

Sayangnya stilasi-stilasi tersebut nggak dirawat bahkan banyak yang dirusak sama orang. “Pas ngerayain Bandung Lautan Api kemarin, kami merenovasi stilasi-stilasi tersebut,” ungkap Kang Dadan prihatin.

Selain itu, BH juga sering mengadakan studi soal beberapa daerah di kota Bandung, seperti Jalan Braga. Studi yang bekerja sama dengan University of Singapore ini menghasilkan sejumlah usulan penataan permukiman, jalan, dan prasarana lainnya sehingga daerah tersebut menjadi lebih nyaman untuk dihuni dan lebih baik penataan lingkungannya. “Hasil studi tersebut kita sharing ke pihak pemda, padahal kami nggak meminta bayaran ‘lho, studi ini kami lakukan dengan suka rela. Sayang follow-up dari pemerintahnya, ehem…,” kang Dadan mengakhiri ucapannya dengan senyum. Hehehe naon maksadna ‘kang?

BH juga menerima konseling buat penduduk Bandung yang kebetulan memiliki bangunan “kuno” dan tertarik untuk merenovasinya dengan tidak merubah ciri khasnya. Lagi-lagi untuk konseling seperti ini, BH tidak memungut bayaran alias jasa konsultasinya gratisan. Huhuhu, baek amat? Selain itu database BH soal kota Bandung, terutama sejarahnya komplit banget. Belia yang butuh informasi tersebut bisa nyatronin kantornya BH pada alamat di boks, tiap hari kerja dari pukul 9 pagi ampe pukul 3 sore. Dan lagi-lagi nggak dipungut biaya! Whew, mulia banget ‘ya aksi akang-akang dari BH ini!

Untuk para Belia, tungguin aja kegiatan “Heritage Goes to School”, di mana para awak BH bakalan dateng ke sekolah-sekolah buat bagi-bagi info seputar kota Bandung dan warisan budayanya. Terus juga bakal ada workshop film bertemakan kota Bandung yang juga melibatkan Belia yang masih SMP dan SMA/sederajat. Apa Belia pengen langsung terlibat dengan kegiatan BH? Gabung aja langsung, soalnya BH pengen banget ‘lho kalo lebih banyak lagi Belia yang gabung dengan mereka. “Biar sama-sama memelihara Bandung ‘lah!” seru Kang Dadan bersemangat.

Hmm seru ‘tuh, hayu atuh, urang jaga Kota Bandung! Ya, nggak?***

Belia yang pengen gabung dengan Bandung Heritage, langsung aja ngehubungi kantornya dengan alamat:
Bandung Heritage Jalan L. (L) R.E. Martadinata No. 209 Bandung 40114. Tel. (022) 723 4661 atawa bisa juga via e-mail :
bdgheritage@bdg.centrin.net atawa coba deh klik ke www.bandungheritage.org

O, iya. Bandung Heritage mau ngadain Heritage Walk, yaitu acara jalan-jalan menelusuri landmark-landmark kota Bandung. Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain Gedung sate (masuk ke dalam, ke puncaknya ‘lho!), Hotel Savoy Homann, Mesjid Agung, Pendopo Alun-alun, dan lain-lain.

Buat Belia yang pengen ikutan buruan daftar ke alamat di atas, soalnya acaranya diadain tanggal 25 September ini! Buat pelajar biayanya cuma Rp 15.000,- udah termasuk modul ama snack.

syauqy_belia@yahoo.co.uk

Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa, 21 September 2004
Bangunan Kuno Saksi Bisu Sejarah Kota Bandung
Filed under: Kota Lama — admin @ 7:02 pm

Laporan : zhi/berbagai sumber

Ibarat pepatah, ‘Lain padang lain belalang. Lain lubuk lain airnya’. Begitu juga dengan sejarah berdirinya sebuah kota. Dia bisa ditelusuri dari perjuangan masyarakatnya, kondisi geologi dan masih banyak saksi bisu lainnya. Semua itu bisa menceritakan perjalanan panjang masa lalu sebuah kota, terutama ketika memasuki masa jaya. Kota Bandung, sebenarnya termasuk salah satu kota di Indonesia yang paling beruntung. Kota ini, masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalu yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua dengan berbagai langgam arsitektur. Melalui salah satu kekayaan itu, kita bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Bandung.

Dari segi arsitektur, Bandung pernah dijuluki sebagai laboratorium arsitektur paling lengkap. Kenyataan ini, justru menjadi inspirasi dan objek penelitian para arsitektur dari berbagai belahan daerah. Berbagai bangunan tua yang masih kokoh berdiri saat ini, bukan hanya mampu menceritakan bagaimana awal kota ini dibangun. Selain dikenal sebagai ‘kota taman’ yang kemudian melahirkan berbagai sanjungan, karena kecantikannya, Kota Bandung mewariskan kekayaan berbagai langgam kecantikan arsitektur. Bangunan tua Gedung Sate yang hingga kini tetap menjadi landmark Kota Bandung dan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berusaha memadukan gaya arsitektur modern dan tradisional, membuktikan bahwa kota ini masih menyimpan kekayaan gaya arsitektur art deco.

Bahkan, pada masa keemasan sejak akhir abad ke-19, pembangunan fisik Kota Bandung ditandai dengan maraknya pembanguanan gedung-gedung modern. Masa itu, ditandai dengan pindahnya ibukota Priangan dari Cianjur ke Bandung, pada 1864. Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota ini, dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 masehi, dengan bupati pertama Tumenggung Wiraanggunan.

Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer, ke arah selatan dari pusat Kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke-6, yakni R A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki ‘Dalem Kaum I’, kekuasaan di Nusantara beralih dari kompeni ke Pemerintahan Hindia Belanda, dengan Gubernur Jenderal pertama Herman William Deandels (1808-1811). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Namun, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Deandels, melainkan atas prakarsa bupati Bandung. Bahkan pembangunan Kota Bandung itu langsung dipimpim oleh bupatinya. Dengan kata lain, Bupati R A Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) Kota Bandung.

Bahkan, berdasarkan Undang-undang desentralisasi yang dikeluarkan pada 1903 dan surat keputusan tentang desentralisasi serta ordonasi dewan lokal yang dibuat 1905, maka Kota Bandung sejak 1 April 1906 ditetapkan sebagai kotapraja yang berpemerintahan otonom. Sedangkan asal-usul tentang nama Bandung, ada berbagai pendapat. Sebagian mengatakan, kata ‘Bandung’ dalam bahas Sunda, identik dengan kata ‘banding’ dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan atau berdekatan.

Hal ini, antara lain dinyatakan dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata ‘Bandung’ berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan. Pendapat lain mengatakan, bahwa kata ‘Bandung’ mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata ‘bandeng’. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga, kata bandeng itu, kemudian berubah bunyi menjadi ‘Bandung’. Ada pula pendapat tentang asal dan arti kata ‘Bandung’ berasal dari kata ‘bendung’. Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata ‘Bandung’ itu, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum Purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Perahu yang meletus pada masa holosen (kurang lebih 6.000 tahun yang lalu).

Sumber: Republika, Sabtu, 25 September 2004
Ipah Datipah dan Pemanfaatan Limbah Susu


IPAH Datipah (59) tidak pernah mengira bahwa usaha permen karamel yang dirintisnya melalui pemanfaatan limbah susu akan mengantarkannya meraih gelar Upakarti. Bisnis ini pula yang menggiringnya untuk memiliki pabrik yang menyerap puluhan tenaga kerja.

Akhir tahun 1969 wanita kelahiran 27 Agustus 1945 ini memulai usaha pembuatan permen karamel dengan menyisihkan uang belanja harian dari suaminya, Ismail. Ia membeli limbah susu dari beberapa peternak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

"Waktu itu susu sapi murni belum banyak dikonsumsi orang sehingga banyak terbuang. Lalu saya iseng-iseng memanfaatkan susu yang tersisa untuk membuat permen karamel. Ternyata, permen buatan saya dibeli orang," tutur Ipah tentang awal usahanya.

Seiring dengan mengalirnya pesanan permen karamel, wanita tamatan SD Pangalengan ini memperluas penjualan permennya ke warung-warung hingga ke pasar. Susu murni tidak lagi dibelinya secara tersebar dari peternak-peternak sapi, melainkan dari Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Bahan dasar pembuatan permen karamel berupa susu cair dan gula pasir. Dalam seminggu, Ipah menghabiskan sekitar 30 liter susu sapi, dengan harga susu sekitar Rp 20 per liter.

Proses pengadukan larutan susu dan gula menghabiskan waktu sekitar lima jam, sebelum didinginkan dan dicetak. Alat yang digunakannya cukup sederhana, yaitu wajan dan kompor minyak tanah. Dari 30 liter susu per hari, dihasilkan kurang lebih sembilan kilogram permen karamel dengan harga Rp 2.000 per kilogram.

Usaha ini memang tak hanya dirintis Ipah. Beberapa warga lainnya di Kecamatan Pangalengan juga mengembangkan bisnis serupa dengan memanfaatkan kelebihan susu di Kecamatan Pangalengan, daerah yang dikenal sebagai penghasil susu murni di Jawa Barat.

Dari usaha kecil-kecilan pembuatan permen karamel, Ipah mampu melipatgandakan jatah uang belanja rumah tangganya. Namun, kendala justru dirasakan Ipah ketika sang suami yang bekerja sebagai peternak sapi merasa keberatan dengan kesibukan bisnisnya.

"Semula, suami saya tidak mendukung bisnis ini karena khawatir anak-anak tidak terurus," kata ibu dari 11 anak ini. Namun, karena pesanan yang terus mengalir, Ipah memutuskan untuk melanjutkan bisnis permen karamel ini. Ia mulai merekrut seorang karyawan untuk menjalankan industri kecil tersebut. Didatanginya kios- kios untuk menjajakan permen karamel buatannya yang diberi label TK.

KERJA keras Ipah membuahkan hasil. Pada tahun 1985 dengan bantuan modal dari salah satu bank pemerintah, Ipah membeli tanah seluas 25 meter persegi di samping rumahnya untuk mendirikan pabrik permen karamel. Ia juga menambah belasan karyawan untuk mengembangkan industrinya. Kegigihan ini pula yang akhirnya membuat Ipah mendapat dukungan penuh sang suami.

Namun, usahanya tidak berhenti di situ. Wanita kelahiran Pangalengan ini memperluas produknya dengan membuat dodol susu dan kerupuk susu. Jika dodol susu dan permen karamel dibuat dari susu murni berkualitas, pembuatan kerupuk susu justru memanfaatkan susu yang tak memenuhi standar kualitas atau diistilahkan dengan susu pecah.

Pembuatan kerupuk susu mengandalkan bahan baku susu pecah dari KPBS. Gumpalan susu dari susu pecah dicampur dan diaduk dengan tepung tapioka, lalu dikukus. Kemudian dipotong-potong dan dijemur selama tiga hari sehingga menghasilkan kerupuk dengan rasa asin-gurih.

Namun, pembuatan kerupuk susu hanya dilakukan pada saat stok susu pecah tersedia. "Susu pecah sering kali dibuang oleh KPBS. Daripada dibuang, saya manfaatkan susu yang tak terpakai untuk membuat kerupuk susu," ujarnya menjelaskan.

Pengembangan jenis produk tersebut mendorongnya untuk mempekerjakan sekitar 25 karyawan yang merupakan remaja- remaja setempat yang putus sekolah. Seiring dengan meluasnya pemanfaatan limbah susu oleh warga di Kecamatan Pangalengan, limbah susu murni yang melimpah di Kecamatan Pangalengan secara bertahap juga dapat dikurangi.

KETEKUNAN dan tahan gengsi menjadi kunci sukses Ipah dalam mengembangkan usahanya. Pada bulan Desember tahun 1992 Ipah memperoleh penghargaan Upakarti Jasa Pengabdian dari pemerintah. Upakarti tersebut diterimanya karena ia dianggap berjasa memanfaatkan limbah susu di Kecamatan Pangalengan pada tahun 1970-an. Selain itu, industri kecil yang dirintisnya berkembang serta mampu menyerap 25 tenaga kerja.

Ketika mendapatkan Upakarti, Ipah memanfaatkan sekitar 300 liter susu per hari untuk menghasilkan sekitar 90 kilogram karamel dan dodol susu per hari. Industri kecil yang berbuah besar.

Kini Ipah membutuhkan sedikitnya 1.000 liter susu per hari dengan harga Rp 2.000 per liter. Dalam sebulan, ia mampu memproduksi sekitar 10 ton permen karamel dan dodol susu setiap bulan.

Para pelanggan merupakan pengusaha toko kecil dan menengah yang berasal dari Kabupaten dan Kota Bandung serta Kota Jakarta. Adapun, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 50 orang, dengan penghasilan rata-rata berkisar antara Rp 250.000-Rp 1,5 juta per bulan. Untuk mendukung kegiatan industrinya, Ipah juga memiliki dua unit kendaraan pengangkut barang.

Pabrik yang didirikannya kini juga telah diperlebar menjadi seluas 200 meter persegi. Alat- alat yang digunakan tidak terbatas pada kompor minyak tanah, tetapi juga kompor gas.

Ipah mengakui, pameran merupakan salah satu sarana utama untuk mengenalkan produknya ke pasaran. "Pemerintah sering kali membantu saya untuk mengikuti pameran. Lewat pameran, produk saya dikenal dan laku," katanya.

Manfaat lain yang juga dirasakan dari pameran ke kota- kota lain, yaitu anak-anak dan cucunya bisa diajak turut serta. "Anak-anak saya bisa tahu penginapan, hotel, kantor-kantor, kan enak," ujar nenek dari 11 cucu ini, seraya tersenyum. "Jangan punya perasaan gengsi. Jangan malu untuk berjualan kalau ingin barang laku di pasaran," kata Ipah mengenai kiat usahanya.(BM LUKITA GRAHADYARINI)

Monday, August 28, 2006

Kajian daya dukung usaha peternakan sapi di Pangalengan


Oleh: Arwi Yudhi Koswara
Departemen Teknik Planologi-ITB
Dibuat: 2003-06-26 , dengan 1 file(s).


Keywords: Daya dukung,Sumberdaya manusia,Fasilitas,Pangalengan,Peternakan
Subject: Sumberya Manusia,Sumberdaya Alam,Ekonmi Wilayah
Heading: Pengembangan Wilayah dan Perdesaan

Pembangunan umumnya didukung oleh adanya sumber daya yang ada di suatu wilayah. Pemanfaatan sumber daya dapat berubah menjadi exploitasi sumber daya apabila kegiatan melampaui batas maksimum daya dukungnya (Susetyo, 1990). Berdasarkan adanya pengetahuan tentang daya dukung sumber daya, dapat dihitung seberapa besar suatu kegiatan dapat ditampung di suatu wilayah.
Kajian daya dukung usaha peternakan sapi perah di Pangalengan bertujuan memahami karakteristik faktor faktor yang mendukung produksi susu sapi perah di Pangalengan. Daya &rkung tersebut antara lain Sumber Daya Alam (lahan dan air), Sumber Daya Manusia, dukungan institusi Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) dan pemerintah serta dukungan ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di Pangalengan.
Luas lahan pakan yang tersedia untuk sapi perah di Pangalengan adalah 121295 Ha. Luas lahan pakan yang dibutuhkan untuk memenuhi pakan hijauan sapi peak di Pangalengan adalah 1567,88 Ha. Lahan pakan yang ada hanya memenuhi 77.36 % kebutuhan. Lahan yang tersedia di Pangalengan kurang mendukung untuk pesernakan sapi perah. Sumber daya air yang tersedia untuk peternak sebesar 1.317.857.904 liter per tahun sedangkan air bersih yang dibutuhkan peternakan sapi perah di Pangalengan adalah 314.515.130,9 liter per tahun. Tingkat pemenuhan air bersih untuk sapi perah di Pangalengan sebesar 419,01 % dari kebutuhan tiap tahun. Ketersediaan air bersih di Pangalengan sangat mendukung untuk usaha sapi perah.
Saat ini ada 3960 orang peternak di Pangalengan. Idealnya tiap peternak (beserta dengan keluarganya) memelihara 7 ekor sapi perah. Populasi 11043 ekor sapi perah sebenarnya dapat dipelihara oleh 1578 peternak saja. Berdasarkan ketersediaan tenaga peternak, SDM peternak dii Pangalengan masih mendukung usaha sapi perah di Pangalengan. Pegawai KPBS yang bertugas melayani peternak jumlahnya 255 orang sedangkan yang dibutuhkan berdasarkan standart kemampuan KPBS adalah 321 orang (1 pegawai melayani 15 peternak). Namun, sebagian besar peternak (83,93%) menyatakan petugas KPBS mampu melayani kebutuhan sarana produksi peternak tepat waktu. Jumlah pegawai Kantor Cabang Dinas (KCD) Peternakan dan Perikanan di Pangalengan yang hanya seorang dirasakan kurang mampu mengurusi masalah peternak yang begitu banyak. PPL yang dibutuhkan untuk melayani peternak di Pangalengan adalah 4 orang. Walaupun petugas ini cukup penaglaman menangani sapi perah namun disadari tenaganya terbatas.Di Kecamatan Pangalengan, terdapat Koperasi Peternak Bandung Selatantendukung usaha peternakan sapi perah. Sebagian besar peternak (62,5%), bahwa KPBS mampu meningkatkan kesejahteraan peternak..Keberadaan pemerintah Kabupaten Bandung yang melaksanakan program untuk kebutuhan peternak turut mendukung peternakan sapi perah.Fasilitas umum dan fasilitas social yang lengkap serta akses jalan yang balk mendukung fungsi Kota Pangalengan sebagai simpul koleksi dan distribusi. Adanya pusat pembibitan sapi perah dan Milk Treatment di Pangalengan menambah keuntungan aglomerasi bagi usaha peternakan sapi perah di Pangalengan.
Berdasarkan adanya pengetahuan tentang daya dukung, daya dukung usaha peternakan sapi perah di Pangalengan sudah terlampaui kapasitasnya Adapun yang mejadi pembatas penambahan populasi sapii perah adalah sumber daya alam.. Lahan untuk pakan persediaannya terbatas. Peternakan sapi perah dii Pangalengan disarankan untuk lebih intensif menggunakan lahan. Kota Pangalengan diarahkan menjadi pusat pengolahan susu sapi perah bukan sebagai pusat produksi susu.


H

Sunday, August 27, 2006

Klinik Herba
Balita Sulit BAB

Konsultasi kesehatan dengan terapi herba,
Diasuh oleh Toto Buntoro dari Herba Penawar Al-Wahida (HPA)
Jumat, 25 Agu 06 11:29 WIB

Pak Toto yang terhormat,

Anak saya yang baru berumur 2 tahun, sudah 3 bulan ini sulit sekali buang air besar, periodenya mencapai 10-15 hari sekali, itupun dilakukan dengan kesulitan yang amat sangat. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat sudah dilakukan, berobat ke dokter sudah dilakukan beberapa kali, bahkan sudah dilakukan pemijatan oleh salah seorang distributor HPA, tetapi hasilnya masih belum mengembirakan.

Apakah ada terapi lain yang harus dilakukan? Apakah ada herba yang cukup efektif, aman dan mudah diberikan kepada anak saya yang masih balita untuk mengatasi sembelit ini?

Abu Mastika
Jawaban

Saudara Abu Mustika Yth.,

Sulit buang air besar (BAB) disebut juga dengan nama sembelit, adalah suatu keadaan di mana seseorang sulit melakukan BAB yang disebabkan adanya penumpukkan penyumbatan di usus oleh sisa-sisa makanan atau feses (tinja). Seseorang yang tidak melakukan BAB lebih dari 14 jam kemungkinan besar mengalami sembelit.

Penyebabnya, biasanya dikarenakan kurang minum air putih dan serat (sayur-sayuran atau buah-buahan). Di dalam usus besar, serat dan sejumlah zat tepung terfementasi, Serat inilah yang membentuk bulk (badan kotoran). Kotoran inilah yang membantu mendorong otot usus membuat makanan yang telah dicerna didorong melewati usus, sehingga BAB menjadi lancar.

Masalah muncul bila di dalam usus kurang tersedia serat, sehingga proses pembentukan bulk agak lama. Pada orang yang jarang mengkonsumsi serat, sisa-sisa makanan yang tidak terserap tubuh akan berhenti dalam usus. Akibatnya orang itu akan merasa sakit dan sulit buang air besar.

Dampak dari sulit BAB jika tidak ditangani segera bisa menyebabkan tumbuhnya wasir akibat proses mengejan saat BAB. Di samping itu, gangguan ini bisa menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, baik di dalam usus besar itu sendiri maupun di bagian tubuh lainnya, termasuk dalam kategori ini adalah kanker usus besar. Pasalnya, di dalam tinja banyak mengandung racun-racun yang tidak terkontrol. Racun-racun yang tersimpan sekian lama itulah yang menyebabkan kanker. Kanker usus besar itu terjadi setelah terakumulasi selama bertahun-tahun di dalam usus.

Bujuk si anak untuk banyak meminum air putih dan mengurangi minum susu. Atau, jika anak bapak suka dengan buah, berikan buah yang banyak mengandung vitamin C-nya seperti jeruk, pepaya dan lain sebagainya, karena vitamin C termasuk obat pencahar ringan. Dan, jangan pernah menggunakan obat-obatan pencahar yang dijual bebas di warung-warung atau minuman-minuman yang mengandung serat, karena pencahar mengganggu penyerapan sodium dan keseimbangan potonium di usus besar.

Coba berikan herba Tuju Angin dan Pelawas, serta Spirulina. Dosis untuk Tuju Angin dan Pelawas, berikan 2 kapsul untuk pagi dan sore selama empat hari. Jika dalam waktu empat hari belum ada perubahan, dosis di tingkatkan menjadi 3 kapsul pagi dan sore. Demikian seterusnya, evaluasi dilihat setiap empat hari, bila dalam waktu tersebut belum ada kemajuan tambahkan dosis dengan satu kapsul. Tapi, jika sudah terjadi perubahan, misalnya si anak sampai diare, maka cukup gunakan dosis terakhir.

Sedangkan untuk Spirulina, dosisnya cukup 1 pagi dan 2 sore. Ketiga herba tersebut dikonsumsi 30 menit sebelum makan.

Friday, August 11, 2006

Napak Tilas ke Masjidil Aqsa & Sakhra
Oleh H. USEP ROMLI H.M.

SETIAP datang bulan Rajab, umat Islam selalu teringat kepada peristiwa penting yang terjadi pada bulan itu. Yaitu Isra (perjalanan malam) Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram di Mekah, ke Masjidil Aqsa di Jerusalem, Palestina. Kemudian dari situ, Nabi Muhammad saw. naik ke langit (mikraj).

Perjalanan malam dari Mekah ke Jerusalem tersebut, diutarakan dalam Alquran, Surat Al-Isra ayat 1, Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang sekitarnya diberkahi sebagai pertanda keagungan Kami. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Bangunan Kubah Karang (Qubbatush Sakhra, Dome of the Rock), tempat Nabi Muhammad saw. mikraj (naik ke langit). Di sebelah selatan bangunan ini, terletak Masjidil Aqsa, tempat Nabi Muhammad isra (berjalan malam) dari Masjidil Haram.*DOK. H. USEP ROMLI


Tujuan israk Nabi Muhammad saw. adalah Masjidil Aqsa. Sekarang berbentuk masjid besar. Terletak di atas hamparan tanah seluas 50 hektare, dikelilingi benteng kokoh yang disebut Tembok Dalam, untuk membedakan dengan Tembok Luar yang mengelilingi kota tua Jerusalem (Old Jerusalem).

Hamparan tanah itu dinamakan Haramusy Syarif. Tanah Haram yang Mulia. Disebut pula Al-Quds (yang tersucikan). Di sebelah utara bangunan Masjidil Aqsa, terdapat bangunan Kubah Karang (Kubbatush Sakhra) atau lebih terkenal di dunia internasional, The Dome of the Rock.

Bangunan berdinding kombinasi biru laut, dengan warna kubah kuning emas. Dari batu karang itulah, Nabi Muhammad saw. mikraj. Meniti tangga (ma'arij) yang dikawal para malaikat hingga sampai ke ufuk terjauh alam semesta, bernama Sidratul Muntaha. Di sini Nabi saw. beraudensi langsung dengan Allah SWT, untuk menerima kewjiban menjalankan salat lima waktu.

Di tengah tekanan pemerintah Israel, dan incaran kaum Yahudi ekstrem, umat Islam Palestina berusaha keras menjaga kesucian dan kelestarian Masjidil Haram dan Kubah Karang. Sebab, jika kedua tempat itu berikut seluruh tanah Haramusy Syarif berhasil dianeksasi Israel dan Yahudi ekstrem, Masjidil Aqsa dan Kubah Karang akan diruntuhkan. Diganti dengan bangunan baru New Jerusalem sebagai lambang kejayaan Eretz Yisrael"(Israel Raya) yang berpusat di Kubah Karang sekarang, dengan batas geografis terbentang antara S.Nil (Mesir) hingga S.Eufrat (Irak).

Maket New Jerusalem, diciptakan oleh Prof. Avi Jonah tahun 1960, dan sudah diakui resmi oleh pemerintah Israel. Maket asli, dipajang di kantor Knesset (Parlemen Israel). Sedangkan replika-replikanya disebarluaskan ke lembaga-lembaga internasional, hotel-hotel, dan sekolah-sekolah.

Karena menjadi objek rebutan, kompleks Haramusy Syarif, sering dilanda huru-hara bentrokan fisik yang menelan korban jiwa. Tahun 2002, Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, sengaja memasuki Kubah Karang. Umat Islam protes keras. Ulah PM Sharon tersebut, menyulut intifadha. Gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap kesewenang-wenangan Israel. Juga memicu gelombang serbuan dari ekstremis Yahudi yang tergabung dalam kelompok Revava, untuk memasuki Kubah Karang mengikuti jejak Sharon.

Tentara dan polisi Israel terpaksa menghadang gerak laju para demonstrans itu, sebab di sekitar Kubah Karang dan Masjidil Aqsa, para pemuda Palestina sudah siap melakukan pencegahan. Mereka bertekad mempertahankan setiap jengkal Haramusy Syarif dari serangan ekstremis Yahudi.

Tetapi, di luar huru-hara yang sewaktu-waktu meledak, kompleks Haramusy Syarif beserta Masjidil Aqsa dan Kubah Karangnya, merupakan tempat rekreasi yang menyenangkan. Hamparan rumput empuk hijau, dan naungan teduh pohon zaitun, membuat lokasi itu benar-benar nyaman.

Yang datang ke sana, bukan hanya penduduk setempat sekadar melepaskan kepenatan sehari-hari. Melainkan juga para wisatawan atau peziarah mancanegara, termasuk Indonesia. Mereka ingin menyerap nuansa suasana religius dari keberkahan bumi Isra Mikraj. Ingin mencari pencerahan spiritual di dua tempat yang bertalian erat dengan peristiwa spektatuler dalam perjalanan sejarah dakwah Nabi Muhammad Rasulullah saw. Sekaligus untuk mengagumi seni arsitektur yang menghiasi Masjidil Aqsa dan Kubah Karang.

Masjidil Aqsa tempat tujuan Isra Nabi Muhammad, semula hanya berupa lapangan terbuka. Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan, salah seorang raja Dinasti Umayyah (684-685), dibangun mushola pada lokasi yang diperkirakan sebagai tempat munajat Nabi Zakariya memohon diberi putra walaupun sudah usia tua (Allah SWT mengabulkannya dengan memberi putra bernama Yahya), dan tempat Iktikaf (beribadah khusus) Siti Maryam, ibu Nabi Isa As, yang selalu mendapat hidangan (Al Maidah) dari langit setiap hari.

Oleh cucu Marwan, Al Walid, musala itu diperluas, menjadi bangunan masjid besar yang tampak seperti sekarang. Musala Marwan masih dipertahankan di lantai bawah.

Sedangkan Kubah Karang, berupa kubah emas raksasa, didirikan oleh Khalifah Abdul Malik, putra Marwan yang memerintah tahun 685-705. Tujuannya, selain agar indah, kubah tersebut berfungsi sebagai penutup gundukan batu karang tempat Nabi saw. berdiri ketika akan mikraj dari perbuatan-perbuatan yang merusak akidah tauhid. Sebelum ditutup, banyak orang berbuat macam-macam di sana.

Dua bangunan tersebut, kini ibarat dua sejoli. Masjidil Aqsa di sebelah selatan, dan Kubah Karang di sebelah utara. Kedua-duanya menjadi mata-rantai lintasan sejarah Islam. Terutama dalam peristiwa Isra Mikraj.

Bahkan, Sakhra (batu karang) itu sendiri, pernah menjadi patokan arah kiblat umat Islam, sebelum dialihkan ke Kabah di Mekah.

Hingga sekarang, Masjidil Aqsa dan Kubah Karang, masih terus diziarahi. Seiring dengan proses perdamaian di Palestina, banyak peziarah non Muslim datang ke sana. Terutama yang ingin menyaksikan kehebatan arsitektur Islam abad pertengahan yang terpancar dari Kubah Karang dan pilar-pilar Masjidil Aqsa.

Peziarah dari Indonesia, biasanya mengunjungi Masjidil Aqsa dan Kubah Karang, setelah melaksanakan ibadah umroh di Masjidil Haram. Sehingga perjalanan itu terasa bagaikan napak tilas jejak Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. yang terjadi tanggal 27 Rajab setahun sebelum hijrah.

Tanpa mempermasalahkan gonjang-ganjing politik dan militer antara Palestina dan Israel, mengunjungi Masjidil Aqsa dan Kubah Sakhra, merupakan daya tarik tersendiri.***

(Penulis, wartawan senior, pembimbing ibadah haji dan umrah, serta pemandu wisata ziarah ke Timur Tengah)

Wednesday, August 02, 2006

Nasrallah, Lokomotif Tangguh Hizbullah

POPULARITAS Hassan Nasrallah di Timur Tengah semakin meningkat seiring dengan keberaniannya menentang Israel dan AS. Sebelum menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah pada 1992, Nasrallah adalah panglima militer. Kedekatannya dengan Ayatullah Khomeini dan Ayatullah Sistani dari Iran, turut meningkatkan popularitas Nasrallah.

Keterlibatan Hizbullah dalam sejumlah serangan ke sejumlah kota di Israel tidak lepas dari Nasrallah sebagai Sekjen Hizbullah. Sebagian besar masyarakat internasional menganggap Hizbullah hanya sekadar organisasi militer. Padahal, peranan organisasi tersebut lebih dari itu. Justru, saat ini eksistensi Hizbullah sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat Lebanon. Sejumlah fasilitas publik di Lebanon, seperti sekolah dan rumah sakit, dikelola oleh Hizbullah. Karena itu, ketergantungan masyarakat Lebanon terhadap Hizbullah cukup tinggi. Wajahnya sering menghiasi sejumlah papan iklan, gantungan kunci, dan layar komputer (screensavers).

Dia dipilih sebagai pengganti pemimpin Hizbullah Sayyad Abbas Musawi yang tewas ditembak Israel pada 1992. Pengalaman militer dan kedekatan Nasrallah dengan sejumlah tokoh Syiah mampu menghapuskan keraguan kawan-kawannya sehingga tanpa ada saingan berarti.

Nasrallah dilahirkan di Beirut Timur pada 1960 dari keluarga Bourji Hammoud. Sulung dari sembilan bersaudara ini sejak usia dini, aktif dalam organisasi keagamaan. Setelah menamatkan SMP di kampung leluhurnya tersebut, Nasrallah melanjutkan studi di Najaf, Iraq. Di sanalah untuk kali pertama dia berjumpa dengan Musawi.

Namun, studinya di Najaf terputus karena pada 1978, pemerintah Irak mengusir ratusan pelajar Lebanon dari negeri seribu satu malam tersebut. Nasrallah dan Musawi pun dipaksa untuk pulang ke Lebanon. Di Lebanon, Musawi mendirikan sekolah agama dimana Nasrallah menjadi salah satu pengajarnya. Komitmen Nasrallah yang begitu tinggi dalam ajaran Syiah membuat sekolah baru tersebut diminati kaum Syiah Lebanon. Saat Nasrallah mengkoordinir gerakan mendirikan gerakan perlawanan terhadap Israel pada 1982, para muridnya bergabung.

Pada 1987, saat level kekerasan sudah menurun, Nasrallah melanjutkan studi agamanya di kota Qom, Iran. Akan tetapi, saat level konflik kembali meninggi pada 1989, dia segera pulang ke Lebanon. Pada saat itulah, terjadi perseteruan kecil dalam kepemimpinan Hizbullah, antara kepemimpinan Musawi (yang berupaya meluaskan pengaruh Suriah di Lebanon) dengan kepemimpinan Nasrallah (yang menetang keterlibatan Suriah di Lebanon dan juga menentang Israel serta Amerka Serikat).

Ternyata pendukung Nasrallah sangat sedikit. Pada tahun itu juga dia dikirim ke Iran sebagai perwakilan Hizbullah di Teheran. Sejumlah pengamat sebagaimana dikutip dari situs cfr.org mengatakan bahwa Nasrallah sebenarnya sakit hati dengan peminggiran dirinya tersebut.

Selama menjadi pemimpin Hizbullah, telah banyak kontribusi Nasrallah. Kepiawaiannya dalam berkomunikasi berhasil membuat kelompok Syiah memberikan dukungan besar terhadap Hizbullah. Selain itu, Nasrallah juga berhasil memperburuk citra Israel sebagai negara penjajah Lebanon. Penarikan mundur pasukan Israel dari Lebanon pada 2000 juga adalah jasa Nasrallah. Dia menjadi sangat populer di Timur Tengah.

Meskipun dia adalah pemimpin Hizbullah, Nasrallah tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan Lebanon. Menurut guru besar Florida Atlantic University, Walid Phares, sebagaimana dikutip oleh cfr.org, bagi masyarakat Lebanon, Nasrallah dianggap sebagai sosok mesias, lebih daripada jabatan apapun di Lebanon.

Berkat f Nasrallah pula, Hizbullah semakin mudah berpartisipasi aktif dalam sistem politik di Lebanon. Sejumlah anggota Hizbullah menjadi anggota parlemen. Menurut Walid, dengan kemudahan akses politik tersebut, tujuan Hizbullah lainnya, yakni mendirikan negara Islam merdeka di Lebanon dengan Nasrallah sebagai presidennya bisa terwujud.

Terkait dengan aliran politik keras Nasrallah, banyak pihak yang tidak menyukainya termasuk Israel. Bahkan, pada 14 Juli lalu, pesawat tempur Israel sempat merusak kantor dan rumah keluarga Nasrallah, tetapi Nasrallah selamat. Saat ditanya reporter Washington Post Robin Wright mengenai komentar Nasrallah terhadap gerakan teroris belakangan ini, dia menjawab bahwa Taliban adalah gerakan terburuk yang dia pernah saksikan. Akan tetapi, saat mengomentari serangkaian aksi bom bunuh diri di Palestina, Nasrallah mengatakan," Tidak ada cara lain bagi Palestina untuk mepertahankan diri."

Di bawah pimpinan Nasrallah, Hizbullah memang bukan hanya sekadar organisasi biasa tetapi kelompok politik berpengaruh di Lebanon yang punya dukungan kuat dari Suriah dan Iran. Hizbullah pun sangat terorgansisir jauh lebih baik dari al-Qaeda. Secara personal, Sheikh Hassan Nasrallah adalah orang yang sangat penuh perhitungan sehingga dia tahu sejauhmana organisasinya harus maju tanpa menimbulkan risiko. (Huminca/"PR")***

Monday, July 24, 2006

Blog dan Kehidupan

Sampai sekarang belum ada definisi khusus apa itu BLOG, artikel berikut saya kutif dari Pikiran-Rakyat.com yang membahas blog sebagai trend baru dalam kehidupan ini, mudah-mudahan dapat dijadikan gambaran sementara apa itu BLOG.

”Blog”, Keterbukaan di Dunia Maya

BUTUH media untuk "pelampiasan" segala hal yang anda rasakan? Butuh banyak saran dari banyak kawan atau bahkan lawan?

WEBLOG (blog), salah satu media komunikasi yang sedang tren di kalangan masyarakat luas. Tidak saja para remaja yang memanfaatkannya, para pebisnis hingga pejabat banyak yang mulai membuat blog. Blog tidak sekadar catatan pribadi, informasi, atau curahan hati, tetapi lewat blog bisa juga dijadikan media untuk menambah jaringan, relasi, dan rekan bisnis.*DUDI SUGANDI/"PR"


Dengan memanfaatkan media yang satu ini, Anda dapat menyalurkan masalah yang sifatnya pribadi hingga humor, tapi dengan syarat Anda tidak segan cerita itu dibagi dengan banyak orang.

Dengan perkataan lain, siapa pun yang berniat menceritakan apa yang dirasakannya di media yang satu ini haruslah "tebal muka". Atau tidak acuh dengan komentar yang nanti akan diterimanya.

Dulu orang hanya mencurahkan apa yang ada di hati melalui buku harian. Kalau pun butuh saran digunakannya melalui surat-menyurat. Perkembangan zaman telah menggeser proses berkomunikasi dengan bentuk surat. Disambung dengan muncul surat elektronik yang dikenal dengan nama electronic mail (email), meskipun masih ada yang mempertahankan komunikasi dengan surat.

E-mail berfungsi sama dengan surat, hanya material e-mail bukanlah kertas melainkan komputer atau yang lebih populer melalui website.

Awalnya, e-mail hanya menginteraksikan dua orang yang saling berbagi. Tidak lama berselang munculah komunitas yang bisa membagi informasi dan cerita yakni mailling list (milis). Di dalamnya terdapat lebih dari dua orang yang "berbagi". Kemudian muncul lagi friendster, yang muncul sebagai media yang semakin memperpendek jarak. Karena dengan friendster, sangat mudah mendapatkan banyak kawan dari mulai teman lokal sampai internasional.

Berbeda dangan media-media tadi, ada satu media lain yang disebut weblog atau blog. Saat ini, jenis media ini merupakan salah satu media komunikasi yang sedang tren di kalangan masyarakat luas. Bukan hanya oleh para remaja, melainkan juga para pebisnis hingga pejabat. Bukan hanya sekadar untuk catatan pribadi, informasi, curahan hati, tetapi bisa juga dijadikan media untuk menambah jaringan, relasi, dan rekan bisnis.

Memang belum ada pengertian yang pasti tentang makna blog. Ada yang mengatakan blog adalah catatan pribadi seseorang di internet. Berisi informasi yang sering di update dan berisi cerita kronologis.

Perbedaan mendasar, blog bisa dibaca siapa saja. Ada juga yang mengatakan, blog merupakan media di mana setiap orang bebas untuk menyampaikan apa pun yang diinginkannya, dari masalah percintaan, kemarahan, hingga promosi produk. Lewat media ini, dengan mudah pula didapatkan feedback dari banyak orang yang membacanya.

Istilah blog sendiri sudah muncul sejak 1990-an. Menurut berbagai sumber, Marc Andersen adalah orang yang pertama kali menemukan blog pada 1993. Awalnya, blog hanya digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi yang bersifat resmi.

Kemudian, blog berkembang setelah munculnya myspace menjadi milik individu untuk menyampaikan segala sesuatu seleluasa mungkin. Bahkan curhat (curahan hati) tentang hal-hal yang sifatnya pribadi pun tak jarang menjadi isi blog.

Dulu memublikasikan hal-hal yang sifatnya pribadi dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Mereka lebih nyaman menyimpan isi hati cukup untuk dirinya atau orang-orang terdekat yang mengetahuinya. Tapi, kini tak sedikit yang melampiaskan segala hal untuk dikonsumsi publik.

Perkembangan teknologi telah menggeser budaya dan kebiasaan orang untuk menyimpan rahasia. Misalnya, Reza dan Candra, mahasiswa, yang sama-sama mencurahkan keputusasaan mereka karena cinta melalui blog. "Awalnya tahun 2001 iseng aja ikut blog. Gua ingin menceritakan betapa bodoh dan tersakitinya gua ketika mantan cewek gua mempermainkan dan memutuskan gua," kata Candra.

Tapi ternyata cerita Candra banyak mengundang respons dari pembacanya. "Ada yang membela dan ada yang malah menyalahkan gua," kata Candra. Sejak saat itu Candra malah ketagihan untuk terus ngeblog.

Reza juga mengalami hal serupa, tapi tak sama. Dirinya mengaku menceritakan kisah sedih keluarganya yang saat itu sedang diterpa kendala. Ia mendapatkan banyak suport dan saran dari para komentator di blog-nya.

"Kenapa musti malu?," tandas Reza ataupun Candra ketika ditanya komentar mereka untuk membuka aib pribadi kepada semua orang. Ini adalah bukti bahwa tradisi dan budaya untuk menyimpan masalah pribadi dalam hati mulai tergeser.

Berbeda dengan cerita Reza dan Candra, Astrid Isnawati, mahasiswi, memanfaatkan blog untuk mencari jaringan, kawan, dan relasi. Begitu pula dengan Lika Aprilia, mahasiswi, mengatakan, blog dijadikannya sebagai ajang untuk curhat dan bertemu dengan rekan-rekannya dari berbagai kalangan melalui dunia maya.

Acit, panggilan akrab Astrid, mengatakan dirinya sudah sejak 2003 menjadi blogger. Diakui Acit, memang sempat terhenti beberapa waktu dan tidak aktif lagi menjadi blogger. Sejak 2005 aktif kembali hingga kini. "Melalui blog, kita bisa mengekspresikan apa pun yang kita mau," tutur Acit.

Bahkan dituturkan Acit, tak jarang orang mencaci maki dan mencurahkan kemarahannya pada seseorang melalui blog dan komentar dari blogger lainnya akan muncul. Hal itu yang menarik.

Lika yang sudah jauh lebih lama berkecimpung dengan blog yakni sejak 2001, mengatakan tidak ada batasan atau aturan untuk mengisi blog. Ia pun tidak memedulikan komentar orang lain dengan apa yang ditulisnya.

Banyak manfaat yang bisa diambil dari blog. Dikatakan sebagian besar blogger yang ditemui adalah sangat baik jika rakyat bisa menyampaikan aspirasinya melalui blog kepada presiden. "Daripada demo ke MPR lebih baik melalui blog disampaikan kepada presiden dan pejabat pemerintah untuk tahu apa yang dialami rakyatnya. Ini artinya blog juga patut untuk dikonsumsi para pejabat," tandas Reza.

Berbeda dengan yang lain, Hera, wirasasta, sangat enggan untuk bergabung dan menikmati fasilitas blog. Bukan karena anti blog atau karena enggak kenal teknologi. Akan tetapi ditegaskan Hera, dirinya sangat tidak menyukai mengumbar-ngumbar cerita pribadi kepada banyak orang. Hera lebih senang menyimpan masalah pribadinya di hati atau berbagi dengan teman dekatnya saja.

"Curhatanku bukan untuk konsumsi umum, kayaknya enggak layak untuk diketahui orang lain kecuali teman dekat dan keluarga," kata Hera. Diakui Hera tidak berarti pula ia anti dengan blog. Karena jika blog dimanfaatkan untuk kepentingan lain selain untuk diary, Hera setuju. "Kalau buat saling tukar informasi saya sangat setuju, tapi tidak untuk catatan pribadi," tandasnya.

Senada dengan Hera, Adhit, karyawan, mengatakan booming-nya blog itu karena pendaftarannya mudah dan gratis. Memang tidak semua server memberikan pelayanan blog secara gratis.

Beberapa orang bahkan rela membayar demi kenyamanan dalam menggunakan blog. "Orang seperti kita, sepertinya tak pantas untuk mengekspos diri di blog. Itu kan gaya hidup artis atau selebriti yang memang mereka butuhkan," ungkap Adhit yang hanya menjadi member friendster.

Blog dianggap sebagai media yang dapat menjaring persahabatan dan relasi dengan membuka diri dari awal kepada publik. Mungkin bisa dikatakan "jemput bola". Mungkin dengan membuka diri lebih dahulu orang akan tertarik untuk menjalin persahabatan bahkan lebih.

Namun, Arie Windu tak setegas Hera dan Adhit dalam menilai blog. "Itu kan tergantung kebutuhan orangnya. Apakah dia mau menggunakan blog sebagai ajang promosi diri atau promosi produk," paparnya.

Lagi pula tidak sedikit orang yang rela merogoh koceknya untuk mendapatkan space yang lebih besar dengan fasilitas yang lebih membuatnya nyaman. "Toh itu kan hak masing-masing orang untuk ikut tren atau tidak," katanya tentang motif orang menggunakan blog. (Ari Nursanti/Dewiyatini/"PR")***

Sunday, June 25, 2006

Gobnor Djendral, Wartawan, & ”Tjap-Tjay”
Oleh SYAFIK UMAR

BULAN Juni 2006 ini tepat 60 tahun usia organisasi surat kabar Indonesia, Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), setelah pertama kali dibentuk oleh wartawan dan tokoh pers Indonesia 8 Juni 1946 di Yogyakarta. Kesempatan yang sangat baik itu dipergunakan wartawan dan tokoh pejuang pers Indonesia setelah ibu kota Republik Indonesia berpusat di Yogyakarta. Lima bulan sebelumnya, 9 Februari 1946 terbentuk organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Solo oleh tokoh-tokoh yang sama termasuk tokoh pers dari Jawa Barat. Sejak itu PWI dan SPS sering disebut sebagai "Saudara Kembar".

Sangat menarik perjalanan panjang pers Indonesia dalam catatan lima zaman. Dimulai zaman Kompeni, jajahan Inggris, Hindia-Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia. Sejak lama terjadi perdebatan sengit di kalangan pers tentang surat kabar yang pertama terbit di Indonesia. Ada pihak yang menyebut surat kabar yang pertama beredar di Indonesia adalah Al Djawaib berbentuk majalah berkala, bukan harian. Beredar tahun 1285-1301, berbahasa Arab untuk bacaan penduduk terutama pribumi. Al Djawaib (Gema) ditemukan di Perpustakaan Nasional Jakarta terbitan XXII, September 1882. Jika disebutkan terbit antara tahun 1285-1301 mungkin tahun Hijriah. Majalah ini diterbitkan di Kota Asitanah (Istanbul), Turki. Peredarannya di banyak negara termasuk Hindia-Belanda (Indonesia). Parada Harahap dalam bukunya Ilmu Pers, menulis, Al-Djawaib terbit tahun 1795-1801 (Masehi).

Di kemudian hari ditemukan catatan, surat kabar yang pertama terbit di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles. Nomor pertamanya dicetak 7 Agustus 1744. Tentu itu pada zaman Kompeni Belanda. Karena diperuntukkan bagi dunia perdagangan dan yang berkepentingan adalah Kompeni Belanda, koran ini berbahasa Belanda. Penerbitan koran ini mendapat reaksi luas di kalangan Belanda sendiri. Konon para penulis Belanda menyoroti perubahan sikap yang sangat liberal dari penguasa Belanda pada waktu itu Gobnor Djendral Van Inhoff. Dewan XVII (17) yang merupakan pusat kebijakan Kompeni di Negeri Belanda tidak menyukai penerbitan koran Bataviase Nouvelles. Pemikiran liberal yang dimuat dalam koran ini dikhawatirkan Belanda memengaruhi kemajuan berpikir kalangan pribumi di Hindia-Belanda. Setelah dua tahun beredar, Bataviase Nouvelles akhirnya berhenti terbit pada 7 Juni 1746.

Banyak pula catatan yang menyingkapkan terbitnya Bataviase Nouvelles ini adalah semacam hadiah dan "kebaikan hati" Gobnor Djendral Van Imhoff. Izin penerbitan diberikan kepada onderkoopman dan Adjunct-Secretaris-General Jordens dengan izin octrooi hanya dalam waktu enam bulan. Setelah enam bulan lewat, izin penerbitannya diperpanjang tiga tahun. Setelah itu, Bataviase Nouvelles tidak pernah terbit lagi. Sejak itulah masyarakat termasuk orang Eropa dan Asia lainnya, apalagi pribumi hanya melihat berita perdagangan yang sederhana atau berita-berita tentang lelang barang.

Setelah 64 tahun kemudian atas kemurahan hati Gobnor Djendral Daendless, secara resmi kolonial Belanda menerbitkan De Bataviasche Koloniale Courant. Nomor pertama terbit 5 Agustus 1810. Gobnor Djendral pada waktu itu memiliki hak mutlak untuk izin penerbitan surat kabar. Begitu pula hak melarang masuknya koran dari negeri asing. Umurnya hanya satu tahun, karena bulan Agustus 1811 Hindia-Belanda dikuasai Inggris.

Pada zaman kekuasaan Inggris terbit surat kabar ketiga The Java Gouvernment Gazette, disingkat Java Gazette yang terbit 29 Februari 1812. Koran Java Gazette berhenti terbit setelah Belanda menguasai kembali Indonesia. Sebagai gantinya Belanda menerbitkan De Bataviasche Courant yang pada tahun 1828 diganti namanya De Javasche Counrant.

Sebenarnya menurut catatan sejarah, terbitnya surat kabar di Indonesia (Hindia-Belanda), lebih tua dibandingkan surat kabar di Negeri Belanda. Pada zaman Jan Pieterzoon Coen (pengucapan Indonesia asal Jawa Murdjangkung) tahun 1615 telah terbit koran bernama Memorie der Nouvelles tulisan tangan. Tentu atas perintah Murdjangkung. Di Amsterdam, baru pada tahun 1619 terbit surat kabar tulisan tangan. Bahkan konon jauh lebih dulu dibandingkan dengan Amerika, Australia, Jepang, Rusia, Hongaria, Yunani, Norwegia, Turki, India, dan beberapa negeri lainnya. (Dr. C.W. Wormser-Drieen dertig jaren of Java, Ten Have, Adam 1944)

Sebelum tahun 1836 hanya pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang boleh menerbitkan surat kabar. Masayarakat "partikulir" atau swasta tidak diperkenankan menerbitkan koran. Baru pada tahun 1836 "partikulir" diperbolehkan menerbitkan koran. Pada bulan Maret 1836 di Surabaya terbit Soerabaijas Advertentie-Blad. Sesuai dengan namanya, surat kabar ini hanya diperkenankan memuat iklan. Informasi lainnya dalam bentuk berita umum masih dilarang. Baru 17 tahun kemudian, pada tahun 1853 koran ini boleh berganti nama menjadi Soerabaijas Nieuws & Advertentie-Blad. Artinya, sejak itu koran ini memuat warta berita. Penerbitannya senantiasa di bawah pengawasan ketat Pemerintah Hindia-Belanda, walaupun penerbit dan pemodalnya tetap orang-orang Belanda. Koran ini tidak diperuntukkan bagi anak negeri atau pribumi. Bukan pula bacaan untuk pribumi. Sementara itu koran yang diperuntukkan bagi pribumi dengan bahasa rakyat atau daerah atau Melayu akhirnya pada 29 Maret 1855 terbit juga di Surakarta namanya Bromartani. Terbit mingguan tiap hari Kamis, Bromartani adalah kongsi Belanda, Harteveldt & Co. Untuk pribumi tapi tidak oleh pribumi. Bromartani bukanlah surat kabar Indonesia apalagi surat kabar nasionalis.

Terlalu lama menunggu, lebih dari setengah abad kemudian baru terbit surat kabar asli, tulen Indonesia yaitu Medan Prijaji di Bandung pada tahun 1907. Ketika terbit pertama di Bandung masih bentuk mingguan. Penerbitnya adalah Mas Tirto Hadisoerjo alias Djokomono. Tirto Hadisoerjo seperti banyak disiarkan menjelang Hari Pers Nasional (HPN) 2006 lalu adalah perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional. Baru pada tahun 1910 koran mingguan ini terbit menjadi harian setelah pindah dari Bandung ke Jakarta. Sebagai orang koran dan orang pergerakan yang selalu diawasi dengan ketat, Tirto dua kali dibuang ke luar Jawa baik ke Maluku (Ambon dan Pulau Bacan) maupun ke Lampung. Jadi, penerbitan ini dimulai sebelum gerakan Budi Utomo (20 Mei 1908).

Sejak itulah, tahun-tahun awal 1900-an merupakan tahun kebangkitan dan pergerakan pers nasional. Sejumlah wartawan dan tokoh pers menerbitkan surat kabar untuk menentang berbagai kebijakan dan politik Hindia-Belanda. Walau belum bersatu dalam satu organisasi pers, mereka bergerak serempak. Jumlah surat kabar di nusantara semakin banyak terutama di kota-kota besar. Tetapi mereka dilarang berserikat. Tercatat sekira 30 surat kabar dalam berbagai bentuk di Jawa Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Surat kabar ini tersebar di Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Bogor, Sukabumi, dan Banten. Belum lagi yang terbit di Jakarta (waktu itu Jakarta bagian dari Jabar). Baik wartawan, koran maupun percetakannya diawasi dengan ketat.

Untuk mengekang wartawan dan korannya serta percetakannya, Pemerintah Hindia-Belanda memiliki senjata Haatzaai Artikelen dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-undang pengekang pers itu waktu itu Drukpers Reglement 1856 dengan sensor preventif. Untuk cetak-mencetak termaktub dalam Indische Staatregeling tahun 1923. Untuk pembredelen koran menggunakan Persbreidel-ordonantie tahun 1931. Karena itulah wartawan zaman kolonial diseret ke sidang pengadilan, dihukum penjara atau dibuang ke Boven Digul.

Di tengah-tengah ancaman dan pelaksanaan hukum seperti itu, surat kabar Bandung milik pribumi Kaoem Moeda dicaplok PEB (Politiek Economische Bond). PEB dikenal sebagai sebuah perkumpulan yang dijuluki "Tjap-tjay" atau semacam asosiasi yang didirikan oleh bekas asisten residen bernama Engelberg. Anggota-anggota terdiri dari kaum bb (pegawai binnenlandsch bestuur), kalangan "bumipoetra", dan orang-orang Belanda. Mereka memiliki kaki tangan "Sarekat Idjo", suatu organisasi gelap yang sering melakukan teror. Mereka sekaligus sebagai Marsose (pasukan keamanan bayaran) kaum kapitalis perkebunan asing. Tugasnya adalah untuk melunakkan dan menindas kaum pergerakan serta kaum buruh perkebunan.

Sumber keuangan mereka dari kaum kapitalis perkebunan milik orang asing terutama pemilik perkebunan gula. Karena kelicikan dan kekejamannya, "Sarekat Idjo" sangat ditakuti kaum buruh perkebunan. Praktik perkebunan dengan "Tjap Tjay" dan "Sarekat Idjo" ini berlangsung sampai masuknya tentara Jepang di Indonesia (Sudarjo Tjokrosisworo, Soebekti, OK. Yaman-Sekilas Perdjuangan Suratkabar 1958).

Begitu Jepang menduduki Indonesia, semua surat kabar di Indonesia diberangus. Koran-koran baru gaya Jepang-pun diterbitkan. Di Bandung diterbitkan Tjahaja, dipimpin Otto Iskandar Di Nata. Di Medan terbit Kita Somatora Simbun dipimpin Djamaluddin Adi Negoro. Di Aceh terbit Atjeh Simbun dipimpin Amelz dan di Jakarta Asia Raja dipimpin Soekardjo Wirdjopranoto. Sinar Baru diterbitkan di Semarang dipimpin Parada Harahap dan Abdul Wahab memimpin Suara Asia di Surabaya serta Sinar Matahari diterbitkan di Yogyakarta. Penerbitan lainnya juga ada di Padang, Palembang, dan Makassar.

Penerbitan ini diawasi ketat dan ditongkrongi Bagian Penerangan Jepang Bunkaka di bawah Osamu Seirei, Undang-Undang No. 16 Tahun 1942 Tentang Pers. Tujuannya sebagai Dai Toa Senso, untuk menuju kemakmuran bersama. Pada tiap koran ditempatkan seorang Sendenbu dari Barisan Propaganda Jepang. Di Asia Raya Jakarta ditempatkan Yoshio Makatani, juru bahasa pemerintah bala tentara Dai Nippon (H. Rosihan Anwar-Menulis Dalam Air. Sebuah otobiografi 1982). Untuk koran Tjahaja Bandung ditempatkan seorang pengawas Jepang dari Sendenbu. Namanya Takayanagi. Konon ia seorang wartawan di negerinya lalu diangkat sebagai seorang opsir. Di kantor Tjahaja kerjanya sering tidur (Elly Nurlaela Nataprawira dkk-Perintis dan Pengabdi BPI, 1986).

Pada zaman pendudukan, para pegawai Jepang diharuskan membaca surat kabar. Bahkan pertanyaan-pertanyaan dalam ujian sekolah banyak diambil dari isi surat kabar. Para pejabat Jepang sering menemui pegawai dan bertanya, apakah sudah membaca koran. Kalau ada pegawai yang menjawab belum, pejabat Jepang itu menegur Dame Desu. Artinya kamu bodoh.

Setelah Jepang menyerah dan tentara Sekutu diboncengi tentara Belanda, pada bulan Februari 1946 ibu kota negara Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Sejumlah wartawan juga berkumpul di ibu kota baru itu. Merasa terlepas dari belenggu di zaman Hindia-Belanda dan Jepang, para wartawan menyelenggarakan Kongres Wartawan di Surakarta tanggal 9-10 Februari 1946 itu. Kongres ini melahirkan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Menyadari kehidupan pers sebagai salah satu senjata perjuangan, Kongres PWI di Surakarta itu mengamanatkan penyatuan penerbit surat kabar. Pada tanggal 8 Juni 1946 di Serambi Kepatihan Yogyakarta berkumpul perwakilan para wartawan dan tokoh pers lainnya. Mereka antara lain Syamsuddin Sutan Makmur (Harian Rakjat, Jakarta), BM. Diah (Harian Merdeka, Jakarta), Abdul Rachmad Nasution (Kantor Berita Antara, Jakarta), Ronggodanukusumo (Harian Suara Rakjat, Mojokerto), Mohamad Koerdie (Harian Soeara Merdeka, Tasikmalaya), Bambang Suprapto (Harian Penghela Rakjat, Magelang), Sudjono (Harian Berdjuang, Malang) dan Supridjo Djojosupadmo (Harian Kedaulatan Rakjat, Yogyakarta).

Delapan tokoh di atas dibantu Mr. Sumanang Surjowinoto dan Sudarjo Tjokrosiswojo masing-masing sebagai ketua dan panitera (sekretaris) PWI yang telah terpilih di Solo. Sejumlah wartawan juga berbicara pada waktu itu seperti Andjar Asmara, Pemimpin Harian Perdjoangan yang terbit di Purwakarta, Jawa Barat.

Hari Sabtu tanggal 8 Juni 1946 lahirlah organisasi Sarikat Perusahaan Suratkabar (SPS) yang di belakang hari menjadi Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) sampai sekarang. Terpilih sebagai Pengurus SPS pertama: Sjamsuddin Sutan Makmur (ketua), Suprijo Djojosupadmo (wakil ketua), dan Djamal Ali (panitera). Ronggodanukusumo, Sumanang, Moh. Koerdie, dan Sudjono sebagai pembantu. Dengan demikian, lengkaplah kepengurusan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS) yang lahir pada tahun yang sama, 1946. Karena itulah PWI dan SPS sering disebut sebagai "Saudara Kembar". ***

Penulis, wartawan senior ”Pikiran Rakyat” dan Board of Director SPS Pusat.