Tuesday, August 29, 2006

21 Sep 2004
Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) - Hayu Urang Jaga Kota Bandung!
Filed under: Plesiran Tempo Doeloe — admin @ 9:53 pm

Belia suka jalan-jalan ke Jalan Braga? Hmm, kalo suka, pastinya merhatiin dong kalo bangunan di sono tuh pada oldies semua? Yep, di Bandung emang banyak banget bangunan “kuno” yang boleh dibilang udah jadi ciri khasnya kota Bandung dengan gaya arsitektur masa kolonial Belanda. Masih banyak lagi bangunan kayak gini yang tersebar di seluruh kota Bandung, seperti Gedung Sate, Gedung Merdeka, Gedung AACC, dan masih banyak lagi.

Sayangnya kalo Belia perhatiin banyak dari bangunan tersebut yang kurang terawat atau bahkan malah jadi dibangun mall atau FO dengan merusak bentuk asli bangunan tersebut. Sedih banget, ya? Well, ternyata ada orang-orang yang concern sama issue yang satu ini. Namanya Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung yang juga dikenal dengan nama Bandung Heritage (BH).

BH ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat dengan orientasi non-profit yang didiriin sama sejumlah orang yang pengen ngebikin wadah buat melestarikan Budaya Bandung. Konsentrasi utama BH emang ngelestariin bangunan khas Bandung yang udah jadi identitas kota.

Apaan aja sih kegiatannya BH? Well, kata Kang Dadan Nugraha, sekretarisnya BH yang ditodong ngobrol sama kru belia, kegiatan BH itu mencakup aktivitas yang bertujuan untuk menjaga identitas Bandung yang diperoleh dari budayanya yang khas, yang musti diperkokoh keberadaannya. “Awalnya perhatian utama kami emang pada konservasi bangunan kuno, tapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan, issue-issue budaya asli Bandung juga menjadi perhatian kami,” ujar Pria kelahiran Purwakarta tersebut lantang.

Hmm, bangunan kuno ‘yah? Kan, bangunan kuno ada banyak di Bandung. Yang mana aja ‘sih yang harus dijaga dan menjadi objek konservasi? “Sebenernya kami udah mengadakan riset dan menginvetaris sejumlah bangunan kuno. Yang masuk kriteria kami ada dua syarat, pertama umurnya lebih dari lima puluh tahun, lalu gaya arsitekturnya harus mewakili zamannya.”

Belia kalo tertarik dan pengen tahu bangunan mana aja yang udah diinventaris jadi landmark-nya kota Bandung, cari aja deh buku keluaran BH bekerja sama dengan Disbudpar yang memuat dokumentasi bangunan oldies di kota Bandung. Judulnya “Dokumentasi Bangunan Kolonial Kota Bandung”, dan diantaranya adalah bangunan sekolah SMAN 3 dan 5, juga bangunan sekolah SMPN 1. Nah, pendokumentasian ini juga salah satu kegiatannya BH, seru kan?

Kalo kegiatan rutinnya BH ‘sih, ngadain pertemuan bulanan dengan semua anggotanya yang berjumlah 500 orang. Di pertemuan tersebut, semua awak BH ngebahas sebuah topik yang lagi hangat berkaitan dengan kegiatan BH, pelestarian kebudayaan Bandung. Terus issue tersebut disikapi dengan follow-up yang berupa kegiatan. “Kayak pas ada kabar pembangunan jalan Dago-Lembang yang kemungkinan bakal ngerusak hutan, kita tindaklanjuti dengan meminta keterangan soal bener nggaknya hal tersebut ke dinas terkait,” seru Kang Dadan menyoal aktivitas rutin BH. Biasanya BH mem-follow-up dengan melakukan aktifitas yang sifatnya advokasi atau konseling ke pemerintah, jadi kayak ngasih masukan ke pemerinta, gitu.

Pernah BH juga mengadakan aksi menutup sejumlah monumen di kota Bandung dengan kain. Hah? Buat apaan? “Terkadang orang suka nggak aware sama landmark/monumen kota Bandung. Dengan aksi penutupan tersebut, diharapkan orang jadi aware sama keberadaaan sebuah monumen,” ujar kang Dadan. Selain itu, BH juga sempat membuat sejumlah stilasi (semacam monumen mini) yang menandakan spot-spot kejadian Bandung lautan api di kota Bandung.

Sayangnya stilasi-stilasi tersebut nggak dirawat bahkan banyak yang dirusak sama orang. “Pas ngerayain Bandung Lautan Api kemarin, kami merenovasi stilasi-stilasi tersebut,” ungkap Kang Dadan prihatin.

Selain itu, BH juga sering mengadakan studi soal beberapa daerah di kota Bandung, seperti Jalan Braga. Studi yang bekerja sama dengan University of Singapore ini menghasilkan sejumlah usulan penataan permukiman, jalan, dan prasarana lainnya sehingga daerah tersebut menjadi lebih nyaman untuk dihuni dan lebih baik penataan lingkungannya. “Hasil studi tersebut kita sharing ke pihak pemda, padahal kami nggak meminta bayaran ‘lho, studi ini kami lakukan dengan suka rela. Sayang follow-up dari pemerintahnya, ehem…,” kang Dadan mengakhiri ucapannya dengan senyum. Hehehe naon maksadna ‘kang?

BH juga menerima konseling buat penduduk Bandung yang kebetulan memiliki bangunan “kuno” dan tertarik untuk merenovasinya dengan tidak merubah ciri khasnya. Lagi-lagi untuk konseling seperti ini, BH tidak memungut bayaran alias jasa konsultasinya gratisan. Huhuhu, baek amat? Selain itu database BH soal kota Bandung, terutama sejarahnya komplit banget. Belia yang butuh informasi tersebut bisa nyatronin kantornya BH pada alamat di boks, tiap hari kerja dari pukul 9 pagi ampe pukul 3 sore. Dan lagi-lagi nggak dipungut biaya! Whew, mulia banget ‘ya aksi akang-akang dari BH ini!

Untuk para Belia, tungguin aja kegiatan “Heritage Goes to School”, di mana para awak BH bakalan dateng ke sekolah-sekolah buat bagi-bagi info seputar kota Bandung dan warisan budayanya. Terus juga bakal ada workshop film bertemakan kota Bandung yang juga melibatkan Belia yang masih SMP dan SMA/sederajat. Apa Belia pengen langsung terlibat dengan kegiatan BH? Gabung aja langsung, soalnya BH pengen banget ‘lho kalo lebih banyak lagi Belia yang gabung dengan mereka. “Biar sama-sama memelihara Bandung ‘lah!” seru Kang Dadan bersemangat.

Hmm seru ‘tuh, hayu atuh, urang jaga Kota Bandung! Ya, nggak?***

Belia yang pengen gabung dengan Bandung Heritage, langsung aja ngehubungi kantornya dengan alamat:
Bandung Heritage Jalan L. (L) R.E. Martadinata No. 209 Bandung 40114. Tel. (022) 723 4661 atawa bisa juga via e-mail :
bdgheritage@bdg.centrin.net atawa coba deh klik ke www.bandungheritage.org

O, iya. Bandung Heritage mau ngadain Heritage Walk, yaitu acara jalan-jalan menelusuri landmark-landmark kota Bandung. Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain Gedung sate (masuk ke dalam, ke puncaknya ‘lho!), Hotel Savoy Homann, Mesjid Agung, Pendopo Alun-alun, dan lain-lain.

Buat Belia yang pengen ikutan buruan daftar ke alamat di atas, soalnya acaranya diadain tanggal 25 September ini! Buat pelajar biayanya cuma Rp 15.000,- udah termasuk modul ama snack.

syauqy_belia@yahoo.co.uk

Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa, 21 September 2004

No comments: